Di Pakistan, Minyak Sawit Lebih Disukai

Minyak kelapa sawit merupakan minyak goreng yang paling banyak digunakan (68%), diikuti bunga matahari (22%). Alasan utama memilih minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya adalah keterjangkauan (54%), rasa (32%), dan stabil pada suhu tinggi (26%).

MINYAK kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak diperdagangkan di dunia, dengan total perdagangan sebesar 77,22 juta metrik ton dari total produksi minyak nabati pada tahun 2023. Minyak sawit biasanya digunakan sebagai bahan minyak goreng dan produk pangan, biofuel, kosmetik, dan turunannya lainnya.

Aslan Arshad

Pakistan mengimpor minyak sawit senilai $3,36 miliar. Negara tersebut menjadi importir Minyak Sawit terbesar ke-3 di dunia. Hal tersebut disampaikan Aslan Arshad, dari IPB University Bogor, dalam acara Konferensi Internasional Minyak Nabati (VOICe 2023) di Baranangsiang – Bogor beberapa waktu lalu.

Dalam penelitiannya bersama Nugraha Akbar Nurrochmat, yang juga alumni IPB University yang tengah melanjutkan program Doktoral di Warsaw University – Polandia, diungkapkan bahwa minyak sawit telah menghadapi deforestasi dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengatasinya, perkebunan kelapa sawit harus dilakukan bersertifikat berkelanjutan (RSPO), dan dampaknya akan meningkatkan harga minyak sawit.

Suka Minyak Sawit

Aslan, pria asal Pakistan yang kuliah di IPB University itu mengatakan, bahwa penelitian yang dilakukannya  bertujuan untuk mengeksplorasi pola konsumsi minyak goreng berkelanjutan di Pakistan. Ia melibatkan sebanyak 54 responden dalam penelitiannya.

Hasilnya menunjukkan, bahwa minyak sawit merupakan minyak goreng yang paling banyak digunakan (68%). Disusul oleh minyak bunga matahari (22%).

Lebih dari separuh responden (56%) menyatakan bersedia membayar premi minyak goreng ramah lingkungan. Sebagian besar peserta (84%) sudah familiar dengan keberlanjutan, misalnya sertifikasi  RSPO. Sebagian besar peserta (82%) percaya untuk mengadopsi minyak sawit berkelanjutan praktik produksi dapat mengurangi masalah lingkungan dan etika.

Penelitian ini juga menunjukkan, bahwa sebagian besar responden (72%) menggunakan minyak goreng dalam pengoalahan pangan sehari-hari. Minyak kelapa sawit merupakan minyak goreng yang paling banyak digunakan (68%), diikuti bunga matahari (22%).

Alasan utama memilih minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya adalah keterjangkauan (54%), rasa (32%), dan stabil pada suhu tinggi (26%).

Penelitian itu pun menjelaskan bahwa masyarakat atau konsumen di Pakistan menyarankan agar pemerintah dan industri perlu menerapkan kebijakan dan inisiatif untuk mendorong produksi minyak sawit berkelanjutan. Disamping itu, mereka mengharapkan  terjadinya peningkatan ketersediaannya dan keterjangkauan minyak nabati berkelanjutan di Pakistan.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia