Dr. Dadan Mulyana; Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon yang Tinggi

Mangrove mempunyai akar udara (aerial root) yang berfungsi untuk menangkap karbon dan oksigen dari udara.

SALAH-SATU materi yang disajikan kepada peserta pelatihan adalah soal metode inventarisasi hutan mangrove. “Diharapkan, setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan identifikasi spesies mangrove, menjelaskan jenis-jenis mangrove, serta bisa melakukan inventarisasi mangrove di lapangan,” ungkap Dr. Dadan Mulyana, Pakar Mangrove IPB yang menjadi pembicara dalam kegiatan Training Penghitungan Karbon pada Tanah Mineral dan Mangrove beberapa waktu lalu.

Kegiatan yang digelar secara online (Zoom) oleh PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) tersebut diikuti oleh puluhan karyawan BUMN Sucofindo. Dalam kesempatan itu Dr. Dadan Mulyana menjelaskan beberapa fungsi hutan mangrove. Diantaranya ialah sebagai penyimpan karbon yang tinggi. Karbon dari hutan mangrove dikenal juga dengan sebutan blue carbon.

Teknik Identifikasi

Disebutkan Dadan, bahwa ada dua macam identifikasi terhadap hutan mangrove. Diantaranya adalah; terhadap Jenis-jenis mangrove yang belum dikenal di dalam dunia ilmu pengetahuan (belum memiliki nama ilmiah), dan terhadap Jenis-jenis mangrove yang sudah dikenal dlm dunia ilmu pengetahuan (namun belum diketahui namanya).

Lebih jauh dijelaskan, bahwa ada beberapa teknik identifikasi, yakni dengan bertanya langsung kepada ahlinya, mencocokkan dengan herbarium, mencocokkan dengan uraian dan gambar dalam buku flora atau monografi, dengan menggunakan kunci identifikasi, atau dengan mengingat dan membandingkan dengan jenis yang sudah dikenal, serta penelusuran info lewat internet.

“Secara umum mangrove mempunyai akar udara (aerial root). Akar ini terkena udara secara langsung selama beberapa saat dalam sehari atau bahkan sepanjang hari. “Akar inilah yang berfungsi untuk menangkap karbon dan oksigen dari udara,” jelas pakar itu.

Cara Sampling

Terkait dengan kegiatan training, Dadan memaparkan cara pengambilan sampel pada mangrove.  Dijelaskannya, bahwa pengambilan sampel dilakukan dengan mengggunakan metode transek kuadrat, dengan cara menarik meteran arah tegak lurus dari tepi laut ke arah darat sepanjang 125 m. Tiap subplot transek  diukur dengan membuat kuadrat berukuran 10 x 10 m2 untuk pohon, untuk tingkat pancang 5 x 5 m2 , dan untuk tingkat semai 2 x 2 m2.

Sementara peralatan yang dipergunakan meliputi GPS, kamera, tambang atau meteran 30 meter, meteran baju 1.5 meter, kertas water proof dan sepatu boot.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *