Oleh : Iis Safuroh
Sudah Gaharu Cendana Pula – Sudah tahu bertanya pula. Itulah kata seorang peneliti di sebuah Kebun Raya.

MENDENGAR pantun pendek itu, terbayang betapa harum kedua jenis kayu-kayuan tersebut. Gaharu dan Cendana adalah nama pohon yang unik dan banyak dijadikan nama sebuah tempat.
Memang, tak jarang nama pohon menjadi nama kawasan. Misalnya ‘Kiara Condong’ di Bandung, yang artinya pohon kiara yang miring ke salah satu sisi.
Seorang Ilmuan Singapura saat berkunjung ke kebun Raya Cibodas, menegaskan betapa pentingnya berdialog dengan pepohonan. Konon mungkin karena teramat sangat melekatnya nama-nama pohon tersebut, sehingga tercetuslah nama yang unik di berbagai kota. Sebut saja kosambi, cikaret, cantigi, Cihaur, dan masih banyak lagi.
Filosofi Hijau
Nama kota atau nama sebuah tempat? Tidak salah, tetapi nama tempat itu ternyata nama asalnya adalah nama-nama tumbuhan.
Bersama seorang perempuan hebat, peneliti internasional, saya berbincang-bincang tentang pepohonan dan aneka tanaman. Ngopi serasa menjadi kelas edukasi.
Sebenarnya beliau tidak mau disebut namanya. Tetapi tak apa, saya memanggilnya Ibu Anggun.
Sejak lama bersahabat dengan tanaman, mempelajari banyak hal tentang pohon hijau itu ternyata tidak murah dan tidak mudah. Butuh waktu untuk tandem.
The fungcion is botanical garden. Dari sisi ekologi dan dari sisi wisata. Banyak hal untuk mengenal filosofi pohon hijau. Dimulai dari edukasi, catatan ilmiah, dilanjutkan sharing story.
Akan tetapi berbicara pada pohon hijau sepertinya tidak terlalu rumit.
Saat saya mengikuti kegiatan “Pepeling,” pelatihan pendidikan lingkungan, dari situlah kisah indah berbicara pada pohon hijau dimulai.
Sebenarnya ini artikel kedua saya tentang tanaman, awalnya saya menulis pada sebuah majalah pendidikan. Kemudian hati saya masih terpaut pada pohon kayu-kayuan yang cantik-cantik itu. Sehingga memungkinkan memikat siapapun untuk kembali menemui pohon besar.
Terapi Mata
Hijau, merupakan warna sekunder. Manfaat melihat warna hijau sangat pas untuk terapi mata. Perpaduan dari warna biru dan kuning.
Hijau identik dengan kesuburan. Hijau juga memberi kesan teduh pada mata kita. Sering orang berbicara bahwa warna hijau dapat menyehatkan mata kita.
Beberapa catatan tentang peneliti yang bertugas merawat pohon-pohon sebagai sahabat-sahabatnya merasakan imbas kebaikan, timbal balik. Mungkin tepat bila meminjam istilah “siapa yang menyayang, maka dia disayang”.
Sambil mengelap dedaunan satu persatu. Terkadang diberi do’a semoga pohon kita tetap hidup, tetap subur seperti yang ada di taman kota, hutan kota, ruang terbuka hijau, kebun Raya, semuanya seperti biopori-biopori yang bernilai tinggi.
Selain itu juga sebagai destinasi bagi orang-orang yang ingin mendapatkan suasana berbeda. Baik liburan atau sekedar berjalan-jalan. Pepohonan adalah teman yang baik untuk bercerita.
Catatan Ilmiah
Jingga yang cemerlang, Kebun Raya diselimuti kabut cahaya. Bias mentari yang ramah di sela-sela pepohonan jenis perdu, menjadikan balai konservasi tanaman menjadi lebih penting kehadirannya. Seperti green living.
Pengamatan, riset atau apapun telah menambah keyakinan bahwa pohon bisa diajak berkomunikasi, setidaknya memberikan feed back. Seperti saat curhat memeluk pohon rindang, rasanya sebelum kata-kata tercurahkan, hati menjadi ringan.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sejak tahun 2020, LIPI dan beberapa lembaga penelitian bergabung dalam BRIN atas keputusan pemerintah. Jadi LIPI, BPPT, ristek san litbang lain sudah tidak ada lagi LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Tetapi berbagai catatan ilmiah sudah dipaparkan oleh para ahli akan pentingnya biopori-biopori disekitar kita. Untuk mengurangi polusi udara.
Green Living
Belum lama ini saya mengikuti Sertifikasi Real Estate (RAI). Ternyata konsep perumahan yang hijau yang merujuk pada kondisi lingkungan sehat itu sangat penting.
Lingkungan sehat yang identik dengan keasrian. Keasrian itu tentu efeknya adalah kesegaran.
Makna tumbuhan hijau tidak hanya memberikan kehidupan dan energi pada manusia, tetapi juga memberikan harapan bahwa kehidupan akan senantiasa tersegarkan. Tidak salah jika banyak orang yang meluangkan waktunya untuk menikmati pemandangan hijau dan alam terbuka hijau. Bahkan memilih tinggal di area green living.
Pada tumbuhan ada dedaunan hijau yang menyegarkan mata.
Daun hijau tidak menunggu sampai dewasa untuk dapat bermanfaat. Saat baru muncul dengan tunas kecilnya, ia sudah berfotosintesis dan memancarkan manfaat untuk dirinya, untuk pohonnya dan lingkungannya. Ini menyiratkan kontinuitas dan refreshing sebagai prasyarat untuk menata kehidupan.
Menurut saya tanaman itu baik sekali. “Saya ingin menyayangimu.” ucapan itulah yang sering diucapkan sang peneliti tumbuhan.
Memiliki Karakter
Tulisan ini, merupakan gambaran sekian cerita hasil perbincangan dan wawancara di Balai konservasi Tanaman.
Berbicara pada pohon hijau seperti setiap pohon berkarakter, memberikan feedback.
Tanaman menjaga kondisi air. Kondisi lingkungan. Pohon hijau penyedia oksigen.
Tak hanya itu. Tanaman punya nilai psikologis tidak sekedar duduk di bawah pohon. Karena dia mahluk hidup seperti manusia yang memancarkan energi. Beberapa orang berpendapat tanaman itu memancarkan energi, energi yang positif tentunya.
Saat saya mencoba memeluk pohon besar, angin semilir seolah membelai saya, menjaga dari rasa apapun yang negatif.
Berbicara pada pohon hijau akan sangat bermanfaat, bukan seperti mereka yang memanfaaan tumbuhan secara ilegal. Tetapi lebih kepada feed back. Kita merawat pohon, pohon memberi udara segar.
Energi Positif
Menjadikan arti ‘three energi’ sudah tidak asing lagi. Saat teman yang bernama Anggun (peneliti), belajar ke singapura, dia menemukan ilmu tiga energi positif tersebut.
Nilai ekonomi, nilai spiritual yang belum didapatkan, tentu bisa dikomunikasikan. Kita sudah banyak mendapatkan itu.
Pohon itu seperti ada ruhnya. Aura pohon. Jika batangnya sejenis pohon Myrtaceae, sudah tentu memberikan kesejukan.
”Aku dan pinus kurang akur.” Begitu kata Mbak Anggun. Tapi ada sisi tangible intangible, dan spiritual red wood.
Wheell Of Life
Believe in your self. ”Sesungguhnya kami telah menciptakan bentuk manusia dalam keadaan sebaik-baiknya.” (QS. Attin). Menumbuhkan optomisme yang full dengan segala kepasrahan diri pada Allah.
Pada akhirnya kita harus percaya pada diri sendiri. Kita sebaik-baiknya ciptaan-Nya tentu harus menjadi pribadi yang lebih baik dari tumbuhan. Memberi manfaat pada orang lain dan lingkungan. Semoga setiap goresan menjadi amal shaleh dan mendapat Rahmat serta Kasih Sayang-Nya.**

Cianjur, 05 Januari 2025 (Catatan Pecinta kayu-kayuan). Iz Shafura -Guru Madrasah, Penulis Buku
No comment