Aren, Komoditi yang Menjanjikan

Oleh: Abdurachman*)  dan Rosita Dewi*)

Pohon aren (sumber: Wikipedia)

Prospek multiusaha kehutanan berbasis aren sungguh menjanjikan. Tanaman aren dapat dimanfaatkan dalam sistem agroforestry pembuatan gula aren, minuman fermentasi, bahan campuran pengembang roti serta produk industri lainnya.

BAGI yang belum, cobalah kopi gula aren? Rasakan sensasi manisnya unik. Gula Aren, gula merah atau gula Jawa, adalah jenis gula alami yang dihasilkan dari getah atau nira pohon aren (Arenga pinnata). Jenis tanaman yang termasuk ke dalam famili Arecaceae ini banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Di Indonesia, nama lokalnya cukup banyak, seperti bak juk (Aceh), paula (Karo), bagot (Toba), bargot (Mandailing), anau, biluluak (Minangkabau), kawung, taren (Sunda), aren, lirang (Jawa, Madura), jaka, hano (Bali), pola (Sumbawa), nao (Bima), kolotu (Sumba), moke (Flores), seho (Manado), saguer (Minahasa), segeru (Maluku), ataungkonau (Kaili). Sementara itu, istilah asing untuk tanaman ini adalah sugar palm.

Tanaman ini memiliki adaptasi yang tinggi dan mampu berkembang di berbagai lingkungan. Namun pertumbuhannya akan optimal jika ditanam di wilayah pegunungan, lereng, atau tepi sungai dengan tingkat kelembaban yang tinggi.

Tumbuhan aren dapat tumbuh mulai dari dataran yang sejajar dengan permukaan laut hingga ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Sedangkan ketinggian ideal terletak antara 500 hingga 1.200 mdpl. Para petani aren umumnya menanam tanaman ini di lahan dengan ketinggian 500 hingga 700 mdpl.

Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman aren adalah sekitar 25 derajat Celsius, dengan kondisi iklim yang berkisar dari sedang hingga basah dan curah hujan rata-rata sekitar 1.200 mm per tahun.

Morfologi Aren

Jika dilihat dari morfologinya, batang pohon aren tidak berduri, tidak bercabang, dan tingginya dapat mencapai 25 meter, dengan diameter batang dapat mencapai 65 cm.

Daun aren merupakan bagian yang mencolok dari tanaman ini. Daun-daunnya berbentuk pinnate (seperti sayap), panjangnya mencapai 5 meter dan memiliki tangkai daun dengan panjang hingga 1,5 meter. Helaian daun daunnya memiliki panjang sekitar 1,4 meter dengan lebar 7 cm.

Bunga pohon aren membentuk tandan dan merupakan bunga uniseks, di mana bunga betina dan bunga jantan tumbuh bersatu pada satu tandannya. Bunga jantan tumbuh di ketiak daun dan memiliki benang sari, sedangkan bunga betina berbentuk bulat.

Buah aren tumbuh secara berkelompok dalam tandan, dengan bentuk yang menyerupai buah buni dan memiliki diameter sekitar 4 cm. Di dalam buah terdapat tiga ruang dan juga memuat tiga biji yang tersusun seperti rantai. Satu tandan biasanya terdiri dari minimal 10 tangkai dengan setiap tangkai mengandung sekitar 50 buah aren.

Nilai Ekonomi Aren

Tanaman aren memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Tanaman aren dapat menghasilkan berbagai bahan industri, seperti gula aren, minuman fermentasi, tuak, cuka aren, dan bahan campuran pengembang roti.

Panen aren (sumber: Dok. GI)

Tidak tanggung-tanggung, harga gula aren per kilogramnya berkisar antara Rp15.000 – Rp30.000. Disamping gula aren, tuak juga memiliki prospek nilai ekonomi yang menjanjikan. Biasanya petani aren menjual tuak langsung ke konsumen dengan harga Rp12.000 per liter.

Batang pohon aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan atau kayu bakar yang berkualitas baik.

Daun  aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan atap rumah tradisional, pengganti kertas untuk membuat rokok manual, dan lidi dari daun aren dapat digunakan untuk membuat sapu lidi. Satu pelepah daun aren dapat mengasilkan dua ikat sapu lidi dengan harga Rp.4.000 per ikat.

Ijuk pohon aren dapat digunakan untuk membuat tali ijuk aren yang kuat dan tahan lama, serta dapat digunakan untuk mengikat bambu atau kayu. Ijuk juga dapat digunakan untuk membuat sapu ijuk. Selain itu, akar pohon aren juga bermanfaat, digunakan untuk membuat anyaman.

Bahkan, limbah aren pun dapat bernilai ekonomi. Menurut Hesty Heryani, seorang dosen di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, harga jual briket dari limbah aren per kilogramnya sebesar Rp8.768.

Bukan hanya itu saja, sisa abu dari pembakaran briket dapat dijual dengan harga Rp1.500 per kilogram dan juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos maupun campuran semen untuk industri pembuatan batu bata.

Budidaya  Aren di Masyarakat

Di Indonesia, pembudidayaan atau usaha pengembangan tanaman aren memiliki potensi besar. Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini selalu meningkat beriringan dengan perkembangan pembangunan dan teknologi yang ada.

Potensi tanaman aren untuk beradaptasi dengan berbagai jenis tanah yang ditanamkan, termasuk tanah-tanah yang marginal, memudahkan peluang pertumbuhannya dalam sektor pertanian.

Selain berfungsi untuk menjaga konservasi tanah dan air, pohon aren memiliki peran penting dalam mencegah erosi tanah karena memiliki akar serabut yang kuat, dalam, dan merata. Selain itu, kemampuan akar aren untuk mengikat air memungkinkan pohon ini tumbuh di daerah yang cenderung kering tanpa memerlukan perawatan intensif.

Luasnya lahan yang kurang produktif dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti produksi gula aren dan bioetanol, sekaligus meningkatkan pendapatan petani aren serta berperan dalam pelestarian sumber daya alam dan ekosistem.

Penanaman pohon aren dapat dilakukan dengan sistem monokultur dan tumpangsari. Saat ini, pola agroforestri dapat dijadikan alternatif, selain untuk upaya konservasi, namun juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tanaman aren dapat dimanfaatkan dalam sistem agroforestri sebagai tanaman utama atau tanaman pelengkap. Sistem agroforestri berbasis aren dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi risiko kegagalan panen.

Pengembangan tanaman aren sebagai komoditas agribisnis menjadi perhatian yang serius dalam hal budidaya dan rehabilitasi tanaman.

Budidaya  aren adalah sebuah praktik pertanian yang dapat meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani. Tentu saja dengan memperhatikan faktor-faktor seperti kondisi lahan dan iklim yang sesuai, penggunaan benih dan bibit berkualitas, serta perawatan yang optimal.

Untuk memaksimalkan pendapatan dari pertumbuhan alami tanaman, tindakan rehabilitasi perlu dilakukan. Rehabilitasi ini melibatkan tindakan penjarangan dan penggantian tanaman yang tidak produktif, bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanaman yang sudah tumbuh alami dan meningkatkan produktivitas pertanian.

Prospek Multi Usaha Kehutanan

Multi Usaha Kehutanan (MUK) merupakan kegiatan usaha selain pemanfaatan hasil hutan kayu.  Dimana pada areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dapat dilakukan kegiatan berupa usaha pemanfaatan kawasan, usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan juga usaha jasa lingkungan.

Skema multi usaha kehutanan dapat memberikan kemudahan akses dalam berusaha dengan penyederhanaan atau simplifikasi perizinan berusaha. Pelaku usaha bisa mendapatkan Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) untuk berbagai aktivitas usaha di dalam kawasan hutan, menggantikan skema Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH).

Pada saat ini, hanya sekitar 2% dari 556 jenis komoditas yang memiliki potensi dan mendapatkan prioritas untuk pengembangan. Hal tersebut karena sudah memiliki pasar yang cukup besar. Contohnya, gaharu, karet, jelutung, pinus, bambu, rotan, kayu putih, sereh wangi, madu, kopi, aren dan damar melalui pola agroforestri atau tumpang sari.

Komoditas aren memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan. Pasar internasional untuk gula aren dengan kode HS 170290 saat ini melibatkan sepuluh importir utama, di mana Tiongkok mendominasi sebagai importir terbesar, diikuti oleh Prancis dan Thailand.

Multiusaha kehutanan berbasis aren dapat meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan. Mengapa tidak? Karena tanaman aren dapat dimanfaatkan dalam sistem agroforestri sebagai sumber bahan baku pembuatan gula aren, minuman fermentasi, bahan campuran pengembang roti serta produk industri lainnya.

*)Periset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Redaksi Green Indonesia