Cecendet; Dari Gulma ke Komoditi

Soal plasma nutfah, Indonesia sungguh kaya, namun potensi itu belum sepenuhnya tergarap. Cecendet misalnya, seiring bekembangnya pengetahun tentang herbal, tumbuhan semak liar itu kini digandrungi. Harganya pun menggiurkan pebisnis.

Beberapa hari lalu GI disuguhi seseorang di Kampung Arca suatu buah langka. Bentuknya unik, sebesar kelereng berwarna agak kuning-oranye. Rasanya manis-asam dan agak sedkit sepat. “Ini cecendet ucap sipemberi. Makanlah. Kalau mau lagi petik aja sana, di semak halaman rumah banyak,” tambahnya.

Disini (Indonesia –red) tumbuhan ini oleh petani dianggap gulma, tapi di beberapa negara lain cecendet dibudidayakan bahkan diekspor. Sebut saja di Selandia Baru, Australia dan Amerika, seperti banyak diberitakan bahwa semak liar ini merupakan komoditas alias dibisniskan.

Memang, soal plasma nutfah, Indonesia sebenarnya kaya, tapi potensi itu belum termanfaatkan. Buktinya, di banyak daerah tumbuhan cecendet atau dengan sekian nama; seperti ciplukan, cecenet, kopok-kopokan, atau nyeoran ini tumbuh begitu saja, bahkan dibabat karena dianggap gulma.

Di kawasan Puncak Dua – jalur alternantif Bogor ke Cianjur (Jawa Barat), tumbuhan bernama latin Physalis angulata ini bertebaran di sela semak lainnya, dari selokan pinggir jalan hingga tepi kebun sayur di lereng perbukitan. Sebagian warga Sukawangi (Bogor) dan Batulawang (Cianjur) sudah paham, bahwa tumbuhan liar itu adalah berkah.

Disebut berkah, karena banyak diantara warga yang memanfaatkan buah cecendet untuk menjaga kesehatan. Buah tumbuhan liar ini, bila sudah matang, dipetik lalu dimakan. Ya ditebas karena dianggap gulma, namun buahnya dikonsumsi juga.

Manfaat Luar Biasa

Buah cecendet yang tumbuh secara liar ini ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan dan sudah lama menjadi obat tradisional yang bisa dimanfaatkan dari buah, daun hingga akarnya yang biasanya dikeringkan terlebih dahulu.

Di dalam buah ini terdapat beberapa kandungan yang baik untuk tubuh dan kesehatan, antara lain kandungan asam sitrat dan fisalin, alkaloid, asam malat, tanin, kriptoxantin, vitamin C, serta gula didalam buahnya. Sedangkan daunnya mengandung saponin, flavonoida dan polifenol lalu akar cecendet mengandung saponin dan flavonoida.

Seperti dikutip dari petanihebat.com Buah ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai obat gusi berdarah, obat bisul dan obat mulas, sedangkan daunnya dapat berkhasiat sebagai obat bisul. Untuk pemakaian pada gusi berdarah, buah ceplukan dapat langsung dimakan sebagai obat. Caranya, pilih buah ceplukan yang masak sebanyak ± 30 gram, kemudian buah dicuci dengan bersih dan selanjutnya dapat langsung dimakan.

Selain manfaat tersebut, buah ceplukan juga dikenal sebagai buah untuk obat penyakit jantung, obat asma, menurunkan demam, obat darah tinggi, obat kencing manis, penambah energi, dan lain-lainnya.

Naik Daun

Kini, sesuai perkembangan pengobatan alternatif dan makin trend-nya ilmu pengetahuan tentang herbal, maka cecendet atau ciplukan sudah menjadi komoditas di berbagai negara, termasuk juga di Indonesia. Jika diamati, kini penjualan herbal cecendet makin marak, baik di supermarket tetentu maupun pasar online. Sejumlah situs online seperti bukalapak, tokopedia, sofee, dan lazada pun memasarkan herbal yang satu ini. Harga ciplukan segar per kilonya bervariasi, mulai dari Rp 125.000 sampai Rp 380.000.

***Riz***

 

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *