Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropis atau SEAMEO BIOTROP sedang sumringah. Kenapa tidak, dalam beberapa tahun ini sudah banyak terobosan penting yang mereka hasilkan dalam riset biotropika. Jika selama ini SEAMEO BIOTROP (Biotrop) hanya dikenal kalangan akademisi saja, maka dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai dikenal kalangan industri, siswa SMK dan masyarakat luas. Sekarang Biotrop mengembangkan penelitian bukan hanya di darat saja tapi sudah mengarah ke laut. Sehingga Biotrop punya visi baru Mountain to Ocean (MoTO) on Tropical Biodiversity Enrichness.
Biotrop yang didirikan tanggal 6 Februari 1968 menggelar Acara Hari Ulang Tahun Seameo Biotrop Ke 53 pada tanggal 8 April 2021. Acara yang dikemas dalam kombinasi luar jaringan – luring (offline) dan dalam jaringan – daring (online) terkesan begitu bermakna. Hadir dalam acara ini Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria yang menyampaikan apresiasi pada kemajuan dan dedikasi Biotrop selama ini. Acara ini juga dihadiri perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Director of Seames serta peneliti dari dalam dan luar negeri.
Dalam sambutan Direktur SEAMEO BIOTROP yang baru, Dr. Zulhamsyah Imran mejelaskan, “ada tiga hal stategis dan penting dalam rangka transformasi Seameo Biotrop menuju era digitalisasi. Pertama, Seameo Biotrop sangat sadar bahwa tantangan industry 4.0 dan society 5.0 bukan hanya sudah didepan mata, tetapi bagi Biotrop kedua revolusi besar abad ini harus dapat dijadikan peluang besar”.
Memang sudah menjadi fakta bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini ada lapangan kerja yang sudah punah. Tertelan zaman. Namun demikian kemajuan dunia digital juga menciptakan lapangan kerja baru yang sebelumnya tidak terfikirkan. Perubahan besar sedang melanda dunia dan Indonesia, termasuk dunia penelitian.
Selanjutnya Zulhamsyah menerangkan bahwa isu kedua berupa ancaman pandemi Covid 19 yang telah membuat terjadinya akselerasi aksi manusia untuk lebih cepat dan waspada. Data WHO per 7 April 2021, kasu sudah mencapai 132.046.206 dan meninggal dunia mencapai 2.867.242 jiwa atau mencapai 2.8% di seluruh dunia. Persentase ini memang jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan populasi penduduk dunia 1,05% pada 2020. Pertanyaannya, apakah pupulasi dunia sedang menuju pada keseimbangan?
Meskipun berdampak negatif tapi menurut padangan yang ketiga dari Zulhamsyah, covid 19 telah memberikan harapan baru kepada manusia untuk menyelamatkan biodiversity dan pemanasan global. Pelajaran yang dapatkan manusia dari kedua kondisi diaats adalah satu desain dari alam yang telah memberikan pembelajaran agar tidak ego dan serakah pada kepentingan jangka pendek semata.
Dalam sambutannya, Zulhamsyah Imran juga menyebutkan bahaya perubahan iklim yang sedang melanda dunia. Secara global suhu bumi telah meningkat 0.9 derajat celsius pada dekade ini. Hal ini telah menyadarkan umat manusia untuk berkomitmen mempertahankan suhu bumi tidak boleh naik lebih dari dua derajat selcius dibanding suhu rata-rata sebelum revolusi industri.
“Ketiga tantangan global ini telah menyadarkan semua pihak, khususnya Seameo Biotrop untuk membuat langka-langkah strategis. Langkah-langkah strategis ini akan membawa perubahan Seameo Biotrop kepada organisasi yang menghasilkan produk bioteknologi, biodiversity, ketahanan pangan, dan biomedicine. Hal ini sangat penting agar manusia mampu menuju pada keseimbangan interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhannya, dan manusia dengan alam semesta” terang Direktur SEAMEO BIOTROP yang baru ini.
***MRi***
No comment