Kanan kiri sungai rimbun dan hijau. Yang paling menyolok adalah pohon nipah. Namun tampaknya masih ‘senyap’ dari kreatifitas pengolahan, meski potensi ekonominya cukup menarik.
MASIH terngiang di pikiran Bakry, FA Kartono dan Aslam, cipratan air Sungai Sesayap – Kalimantan Utara. Prak prak…, suara tamparan lantai speed boat yang melaju kencang pun melengkapi rekaman dalam ingatan tiga anggota Tim PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) itu.

Penggalan kisah perjalanan sebulan lalu itu diceritakan ke GI. Dari sinilah, artikel tentang Sungai Sesayap, dengan kondisi ekosistem bantaran-nya yang didominasi hutan nipah.
Sesayap –sungai yang mengalir di Provinsi Kalimantan Utara itu, memang agak sayup terdengar, dibanding Mahakam, Barito, kahayan dan beberapa sungai terkenal lain di Pulau Borneo. Padahal Sungai Sesayap pun sebenarnya tak kalah besar.
Alirannya panjang dan meliuk-liuk jika dilihat dari angkasa – membelah hutan lebat nan hijau. Pesona itu ternikmati oleh Tim Survey CKL sebelum landing di Juwata – bandara internasional di Tarakan, dalam rangka survey hutan dan cadangan karbon di sepojok tanah Borneo.
Bantaran Rimbun
Setelah bermuara di Laut Sulawesi, Sungai Sesayap membentuk delta-delta. Pada muara tersebut juga ada sejumlah pulau, seperti Pulau Bunyu dan Pulau Tarakan. Kanan kiri sungai dipenuhi dengan pohon, rimbun dan hijau.
Yang paling menyolok adalah pohon nipah. Memang, sebagian besar bantaran Sungai Sesayap ditumbuhi Nipah. Sementara di bagian hilir lebih banyak mangrove. Tapi makin ke hulu, Nipahlah yang mendominasi.

Daun nipah merupakan bahan baku bangunan bagi warga di Kalimantan Utara. Buahnya, jika kreatif, bisa dibuat sirop yang kaya antioksidan. Soal bahan baku, tampaknya tumbuhan yang satu ini akan sulit habis. Tuhan sepertinya menanami terus tanah Kalimantan dengan Nipah, termasuk di sepanjang Bantaran Sesayap. (Bakry)
***Riz***
No comment