P2SDM IPB Kaji Solusi Ganasnya ‘Penyakit Sosial’

Responsif akan maraknya perundungan, kekersan seksual serta intoleransi, mendorong P2SDM IPB University gelar seminar nasional dan workshop. Akan ada rekomendasi solusi yang diberikan pada pemerintah terkait ‘penyakit sosial’ tersebut.

Wakil Rektor IPB University Prof. Dr. Deni Noviana (tengah) bersama Kepala P2SDM IPB Dr. Amiruddin Saleh (kiri), dan Sekretaris P2SDM IPB, Dr. Wacito (kanan)

TERCABIK, dan budaya agraris tampaknya kian memudar. Saat ini perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi tengah merebak ganas.

Padahal, seperti diketahui, selain secara ekonomi bergantung pada pertanian, masyarakat agraris memiliki ciri-ciri ikatan kekeluargaan yang kuat. Budaya gotong royong, saling membantu, saling menghargai, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam keselamatan dan kesejahteraan bersama.

Namun kini; resah, takut dan rasa terancam, bergentayangan. Dunia pendidikan pun dituding berdosa telah melahirkan kondisi tersebut.

Menyikapi gejala yang kian ‘mengganas’ tersebut, Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) – LPPM IPB University menggelar Seminar Nasional (Semnas) pada Senin (20/3/2023). Seminar yang berlangsung di IPB International Convention Center (IICC) itu diikuti ratusan peserta, baik secara luring maupun dari di berbagai daerah.

Dosa Dunia Pendidikan

“Tiga dosa di bidang pendidikan”, demikian tajuk seminar yang digelar P2SDM kali ini. Diantaranya; perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Seminar nasional sekaligus workshop yang digelar P2SDM IPB University itu, berupaya menggalang sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan mediamassa.

Prof. Dr. Deni Noviana, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, menjelaskan bahwa seminar tersebut merupakan bentuk komitmen kepedulian IPB untuk mengatasi permasalahan yang tengah marak tersebut, termasuk di dunia pendidikan.

Melalui semnas tersebut ia berharap ada rekomendasi solusi yang diberikan pada pemerintah. Pihaknya menargetkan lewat di sisa tahun 2023 ini tak ada lagi kejadian kekerasan, perundungan, dan intoleransi pada anak.

Sementara Sekretaris P2SDM-LPPM IPB, Dr. Wacito, berharap ke depan, Semnas ini dapat dilanjutkan dengan berbagai penelitian kolaboratif, kerja sama sekaligus sosialisasi dalam mengatasi gejala yang mencemaskan di tengah masyarakat tersebut. “Kita juga akan bersaha untuk menerbitkan buku-buku terkait hal ini,” tuturnya saat diwawancarai sejumlah wartawan di sela kegiatan seminar dan Workshop tersebut.

Dr. Wacito pun berharap, pemerintah tidak hanya sekedar menerbitkan Undang-undang, tapi juga berupaya mempercepat pengimplementasiannya.

Tantangan Dunia Pendidikan

Sebelumnya, dalam sambutan pembukaan Seminar dan Workshop, Kepala P2SDM, Dr. Amiruddin Saleh, menjelaskan bahwa ada 50 perguruan tinggi di Indonesia yang merupakan mitra P2SDM -IPB  ikut serta dalam kegiatan itu.

P2SDM pun merangkul dan memberdayakan lima pihak dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia (SDM),  salah-satunya ialah mediamassa. ”Kita ingin mewujudkan misi IPB dengan menjadikan P2SDM untuk membangun sumberdaya manusia, termasuk yang terkait dengan gejala yang meresahkan dewsa ini,” ungkap Amiruddin.

Wakil Rektor IPB, Prof. Dr. Deni Noviana mengatakan bahwa ini merupakan tantangan besar bagi dunia pendidikan nasional. Dunia pendidikan menjadi tidak terbatas, yakni dengan berkembangnya teknologi digital dan dunia maya.

“Melalui mediamassa kita berharap bisa menyebarkan informasi yang mencerahkan kepada masyarakat secara luas,” jelas Deni.

Turut menjadi nara sumber dalam seminar nasional itu para wanita dari berbagai kalangan. Diantaranya Anggin Nuzula dari Kementrian PPA, Shara Zakia Nisa – Pusat Penguatan Karakter, Retna Widayawati – Agrianita IPB University, Uni Zufiani Lubis – Jurnalis IDN Times, dan Dr. Yulina Eva Riani – Peneliti P2SDM IPB.

Kepada sejumlah wartawan, Ketua Agrianita IPB, Retna Widayawati, menjelaskan bahwa berbagai kegiatan telah dilakukan pihaknya dalam mengantisipasi hal-hal yag cukup meresahkan saat ini, khususnya di lingkungan Kampus IPB University.

“Kami ibu-ibu di lingkup Civitas Akademika IPB menggiatkan berbagai kegiatan agar tercipta suasana yang aman dan nyaman bagi berbagai pihak, termasuk bagi mahasiswa. Seperti kita ketahui, lingkungan yang kondusif bisa meminimal tindakan kekerasan seksual, perundungan  dan sebagainya,” tutur Ketua Agrianita IPB University tersebut.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia