Ketika Terjaga di Laut Banda

Inilah cerita perjalanan GI dalam kegiatan survey di Kepulauan Maluku yang indah. Ekowisata di kawasan ini pun tak kalah memukau.


PULAU Ambelau, lepas subuh medio Oktober 2024. Di sini kapal yang ditumpangi GI bersama tim bersandar sejenak, dalam perjalanan Ambon – Namrole.

Jepretan kamera menghasilkan gambar silhuet cakrawala, dimana langit yang berawan bagai ombak bertemu dengan laut yang tenang. Sunrise pun menyeruak di remangnya pagi. Tanpa sadar GI tergiring seperti berpuisi, menuliskan sepenggal perjalanan yang sudah hampir tiga pekan berlalu.

Ini sesungguhnya adalah kegiatan survey karbon hutanyang ditimpali tugas jurnalistik. Mengapa? Pasalnya, alam indah dan molek di Kepulauan Maluku, memang terlalu ‘sayang’ untuk terlupakan begitu saja.


Dari Ambon ke Namrole

Kapal berangkat pukul 22.00 waktu setempat. Setengah jam selepas kapal berlayar, GI memutuskan beristirahat, karena malam makin larut.

Suara orang berjalan dan mesin menderu kemudian membangunkan penulis. Penulis keluar kamar, ke toilet, dan lanjut Sholat Subuh. Kemudian duduk di lorong kapal, sembari mencicipi bekal semalam.

Perlahan matahari terbit dari timur, seolah ‘pergantian tugas’ usai bulan memendarkan cahaya semalaman. Semburatnya menyeruak dari belakang bukit. Lalu pasir Pantai Pulau Ambelau mulai terlihat. Merubah warna air Laut Banda dari hitam menjadi biru-biru tipis.

Lalu setelah terang, orang-orang di kapal mulai terbangun dari lelapnya. Aktifitas kehidupan pun berjalan.

Memang, pulau ini menjadi persinggahan pertama kapal dalam perjalanan ke Pulau Buru. Dari Ambelau ke kapal berlayar sekitar tiga jam lagi.  Di pulau ini (Ambelau), beberapa penumpang turun. Mereka membawa barang bawaanya. Bermacam-macam, mulai dari bahan makanan hingga perabotan rumah.

Menuju Pulau Buru

Para penumpang yang masih melanjutkan perjalanan, ada yang melamun melihat laut, menyantap sarapan, hingga memancing. Di sekitar kapal muncul ikan-ikan berukuran kecil hingga sedang, terlihat jelas berkat jernihnya air laut. Mereka berenang-renang mengelilingi kapal bagaikan  ‘menyapa’ penumpang.

Sedikit lebih siang, akhirnya kapal mulai berlayar melanjutkan perjalanan. Waktu tempuh menuju Pelabuhan Namrole memakan waktu sekitar tiga jam. Pulau Ambelau yang indah ditinggalkan di belakang, semakin lama makin samar, yang terlihat hanya siluetnya saja.**

(Aslam/Riz)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *