Inspirasi Dari Tiga Hutan Mangrove

Beberapa lokasi ekowisata mangrove yang sudah maju berikut ini, bisa dijadikan contoh dalam menentukan strategi pengembangan ekowisata mangrove berbasis konservasi.

PERATURAN Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009; Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata, secara jelas mendefinisikan, bahwa ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah tertentu.

Kegiatan tersebut memiliki tanggung jawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap upaya konservasi sumberdaya alam. Dan yang tak kalah penting; peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

Berdasarkan Deklarasi Quebec, secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata hakikatnya merupakan bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Dalam pengembangannya, terdapat empat kementerian yang berwenang dan membuat kebijakan, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Namun kenyataannya, konsep ekowisata di Indonesia masih mengalami banyak kendala, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Kendala tersebut terutama terletak pada masalah-masalah substansial, seperti esensi pariwisata berkelanjutan itu sendiri, pengembangan produk, pemasaran, serta dampaknya bagi masyarakat.

Akar permasalahan dari kondisi tersebut sudah jelas, yaitu belum adanya kebijakan pariwisata yang jelas dan terpadu.

Pilihan Strategi

Berdasarkan situasional tersebut diatas, strategi pengembangan ekowisata dapat dirumuskan dalam beberapa kegiatan. Diantaranya adalah: pengembangkan upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove sebagai program ekowisata, peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan ekowisata, serta pemberdayaan dan pelatihan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ekowisata.

Strategi lainnya, seperti upaya pengembangan diversifikasi kegiatan ekowisata mangrove, promosi destinasi ekowisata sebagai icon daerah, meningkatkan komunikasi serta koordinasi dengan para pemangku kepentingan, serta upaya mempertegas penegakan hukum berdasarkan aturan yang berlaku dalam menjaga fungsi ekosistem mangrove.

Berikut ini, ‘potret’ beberapa lokasi destinasi ekowisata mangrove yang –menurut penulis, cukup maju dan bisa menjadi contoh yang baik dalam pengembangan ekowisata mangrove lainnya.

Mangrove Tarakan

Hutan mangrove yang berada di Kota Tarakan berfungsi menjadi paru paru Kota, dengan luas sekitar dua puluh satu hektar. Pada tahun 2001 ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi mangrove Bekantan (KKMB). Penetapan KKMB tersebut bertujuan untuk melindungi ekosistem mangrove, termasuk satwa endemik.

Bekantan (foto; Dok. Endang K)

Selanjutnya kawasan KKMB tersebut berkembang menjadi kawasan ekowisata dengan minat khusus. Beberapa fasilitas yang terdapat di lokasi tersebut adalah jembatan kayu, menara pengamatan, gazebo, perpustakaan dan karantina untuk pemeriksaan satwa.

Wisatawan dapat menikmati keindahan dan keunikan hamparan pepohonan mangrove sambil bisa berinteraksi langsung dengan bekantan.

Mangrove Karangsong

Sebagai kawasan ekowisata, Hutan mangrove di Karangsong, Indramayu selain juga merupakan kawasan konservasi mangrove. Di sini, beragam aktivitas wisata dapat dilakukan, seperti berjalan kaki melewati jembatan kayu, atau berperahu  mengelilingi seluruh kawasan ekowisata.

Bangau putih di Karangsong (Foto; Dok. Endang K)

Tak hanya itu, kawasan ini sangat cocok untuk penggemar fotografi untuk mengambil foto keanekaragamn jenis burung dan hilir mudiknya kapal pertamina balongan disenja hari. Kawasan ekowisata mangrove Karangsong menjadi salah-satu lokasi untuk pengambilan fhoto pre-wedding, namun tentunya dengan izin dari pihak pengelola.

Mangrove Muara Angke

Kawasan pesisir Jakarta ini merupakan wilayah konservasi mangrove. Di sini wisatawan bisa menikmati kesejukan dari mangrove. Tempat ini juga unik dan eksotik, sehingga pas untuk mengisi liburan, dengan menginap di villa yang unik dan keren.

Jembatan kayu di Muara Angke (foto: Dok. Endang K)

Beberapa spot foto yang tersedia di lokasi ini, sangat menarik  untuk dimanfaatkan bersama keluarga atau teman-teman. Selain itu, pengunjung juga bisa menaiki perahu dayung untuk mengelilingi hutan.

Semua itu, tentunya menjadi pengalaman lebih seru dan asyik. Yang tak kalah penting lagi, berwisata di Mangrove Muara Angke juga bisa menambah ilmu tentang mangrove.

Endang Karlina, Ahli Peneliti Utama, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi – BRIN

***Riz***

Redaksi Green Indonesia