Oleh : Luthfi Hanindityasari*) dan Nining Wahyuningrum**)
Kemungkinan besar kita menjadi salah satu penghasil cemaran atau polutan. Berikut ini adalah sumber pencemar itu dan solusi penangkalnya.
TIBA-tiba kita tersentak, ketita sejumlah mediamassa mengabarkan polusi yang menyergap ibukota negara, Jakarta, akhir-akhir ini. Padahal sejak dulu kita paham, bahwa udara bersih adalah salah satu aspek penting dalam menjaga kualitas hidup manusia dan ekosistem yang kita huni.
Pesatnya urbanisasi dan industrialisasi, menyebabkan polusi udara menjadi masalah global yang serius. Polutan-polutan berbahaya seperti partikel-partikel mikro, senyawa kimia beracun, dan gas-gas berbahaya dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Bahan organik, berupa sisa makanan, tumbuh-tumbuhan dan material organik lainnya dapat membusuk dan menghasilkan gas metana (CH4), yang merupakan gas rumah kaca yang berpotensi dan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Bahan kimia, seperti produk pembersih rumah tangga, pestisida, cat dan obat-obatan yang terkadang dibuang dengan prosedur yang tidak benar dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan benar.
Limbah cair, seperti air yang mengandung detergen, minyak, sisa minuman atau bahan kimia lainnya yang dapat mencemari air tanah atau sumber air permukaan jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat.
Limbah padat, seperti kertas, plastik dan limbah lainnya, yang jika tidak didaur ulang dengan benar dapat menyebabkan masalah berkelanjutan seperti adanya penumpukan sampah.
Logam berat, seperti baterai, lampu neon, dan barang-barang elektronik tua mengandung logam berat seperti timbal, merkuri dan kadmium yang beracun bagi lingkungan.
Obat-obatan yang dibuang ke saluran pembuangan dengan prosedur yang tidak benar dapat mencemari lingkungan.
Namun, di tengah hambatan ini, seringkali kita lupa akan sekutu alamiah yang penting: tanaman hias. Tanaman hias, selain memberikan elemen estetika dan ketenangan dalam lingkungan kita, ternyata juga memegang peran signifikan dalam fitoremediasi, yaitu dengan kemampuannya untuk menyerap, mengumpulkan, bahkan mendegradasi berbagai jenis polutan.
Dalam artikel ini, kami akan mengulas peran istimewa tanaman hias dalam menyaring polutan udara, menciptakan lingkungan yang lebih sehat, dan memberikan inspirasi agar kita mengintegrasikan tanaman ini sebagai bagian penting dari rumah dan tempat kerja kita.
Fitoremediasi sebagai Solusi
Fitoremediasi adalah metode alami di mana tanaman, termasuk tanaman hias, dimanfaatkan untuk membersihkan atau mengurangi polutan dalam lingkungan. Pendekatan ini merupakan alternatif berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam menghadapi polusi tanah dan air.
Tanaman hias dapat menjadi agen penyaring dan pembersih alami yang membantu mengurangi kadar bahan kimia berbahaya seperti formaldehida, benzena, xylene, serta logam berat seperti timbal dan kadmium yang sering ditemukan dalam limbah rumah tangga. Selain itu, tanaman hias juga dapat memberikan manfaat tambahan berupa perbaikan kualitas udara, kelembaban, dan ekosistem mikroba yang sehat.
Fitoremediasi dapat dilakukan dalam skala rumah tangga yang menguntungkan secara ekonomi karena tidak memerlukan biaya besar.
Fitoremediasi melibatkan peran seluruh bagian tanaman melalui mekanisme fitoekstraksi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi, dan fitovolatilisasi (Gambar 1). Fitoekstraksi merupakan proses penyerapan/ penyerapan dan translokasi kontaminan oleh akar tanaman ke dalam bagian tanaman di atas tanah (pucuk).
sedangkan fitostabilisasi adalah proses melumpuhkan kontaminan dalam tanah dan air melalui penyerapan dan akumulasi dalam jaringan tanaman, adsorpsi ke akar, atau presipitasi dalam zona akar.
Pada zona perakaran terdapat proses rhizofiltrasi yang mengadsorpsi atau presipitasi kontaminan yang ada di sekitarnya. Setelah melalui proses-proses terebut, kontaminan ditranspirasikan ke atmosfer melalui proses fitovolatilisasi. Dalam fitovolatilisasi ini kontaminan dimodifikasi sehingga tidak lagi berbahaya (Tangahu et al. 2011).
Lidah Mertua (Sansevieria)
Beberapa jenis tanaman hias yang dapat digunakan untuk fitoremediasi dalam skala rumah tangga sekaligus dapat mempercantik lingkungan, diantaranya:Lidah Mertua (Sansevieria).
Sansevieria merupakan salah satu tanaman hias yang cukup mudah ditemukan di Indonesia dan cukup terkenal karena memiliki warna yang cantik, bentuk fisik yang unik, dan perawatannya yang cukup mudah.
Lidah mertua mampu menyerap kurang lebih 107 jenis polutan di area lalu lintas tinggi, ruangan yang dipenuhi asap rokok, serta limbah industri (Yunisa et al. 2017).
Sirih Gading (Epipremnum aureum).
Tanaman ini banyak digunakan untuk hiasan atau dekorasi ruangan, penggunaannya dengan memotong bagian batang sirih gading, maka akar akan tumbuh dengan sendirinya. Daya tarik dari tanaman ini yaitu semburat yang terdapat pada daunnya. Daunnya memiliki bentuk menyerupai hati dan umumnya berwarna hijau dengan semburat kuning putih yang semi perak, atau hijau muda.
Tanaman ini dapat hidup baik dengan media tanam tanah maupun air. Apabila tanaman ini ditanam di tanah, maka daunnya akan tumbuh besar hingga menutupi batang. Tetapi, apabila ditanam dalam pot, maka daun sirih gading akan mengalami penyusutan (Situmorang 2017).
Lidah Buaya (Aloe vera)
Lidah buaya apat membantu mereduksi senyawa kimia seperti formaldehida dan benzena dari udara.
Bambu Air (Equisetum hyemale)
Terdapat beberapa keunggulan tanaman bambu air, seperti mudah tumbuh dimana saja, perawatannya mudah, dan tahan terhadap berbagai pengaruh luar.
Tanaman bambu air mempunyai batang dengan kandungan silikat yang tinggi, yang berguna untuk mengikat partikel yang terserap oleh akar tanaman (Suharto et al. 2013).
Rawat dan Awasi
Agar lebih efektif, tanaman-tanaman itu harus ditempatkan pada lokasi yang terkontaminasi oleh polutan, seperti di area sekitar perabotan rumah yang berbahan kimia, dapur atau kamar mandi. Perlu dicatat bahwa fitoremediasi ini hanya dapat berfungsi pada kondisi pencemaran ringan dan dalam skala kecil.
Selain itu, fitoremediasi dengan tanaman hias ini tidak selalu memberikan hasil yang cepat atau efektif bila dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan metode remediasi lainnya.
Perlu ditekankan bahwa penggunaan fitoremediasi untuk mengatasi limbah rumah tangga harus diawasi dengan ketat. Ini disebabkan oleh kemungkinan terakumulasinya sejumlah polutan dalam tanaman, yang bisa menjadi permasalahan ketika tanaman ini dimakan oleh manusia atau hewan, terutama dalam konteks rantai makanan.
*) Peneliti AhliPertama,**) Peneliti Ahli Madya. Keduanya bekerja di Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN.