Kresno Agus Hendarto*), I Wayan Widhiana Susila**), Eliya Suita*), Abdul Hakim Lukman*), Yumantoko***) dan Rubangi Al Hasan****)
WARISAN ekowisata yang sering digaungkan selama 2 dekade terakhir adalah narasi tentang ekowisata berbasis komunitas (Community-Based Ecotourism) (CBE) (Stone 2015). Secara umum CBE didefinisikan sebagai pariwisata yang dikelola oleh masyarakat untuk tujuan wisata (Khanal and Babar 2007).
Perkembangan berikutnya, CBE tidak hanya berbasis pada pelestarian lingkungan, namun juga mencakup pelestarian budaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Kim 2016).
Tulisan ini secara ringkas menggambarkan dampak apa yang dipersepsikan oleh masyarakat lokal dengan adanya ekowisata di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Dimulai dengan teori yang digunakan, gambaran lokasi TNGR, metode pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan. Tulisan ini diakhiri dengan hasil yang diperoleh.
Indah dan Unik
Social Representation Theory (SRT) diperkenalkan oleh Moscovici dalam bukunya “Psychoanalyse, son public et son image”. Moscovici telah mengambil konsep “representasi kolektif Durkheim untuk menafsirkan sistem manajemen pikiran dalam masyarakat (Permanadeli 2015).
Ada dua konsep utama dalam SRT, yaitu penahan dan objektifikasi. Anchoring adalah sebuah proses di mana individu menghubungkan satu gagasan tentang suatu objek, dengan konteks dan makna yang mereka kenal.
Sedangkan objektifikasi adalah proses menerjemahkan ide dan konsep abstrak menjadi gambaran konkret (Moscovici 1984). Melalui objektifikasi, suatu objek yang tidak teridentifikasi dapat diubah menjadi objek yang konkrit dan nyata (Bauer dan Gaskell 1999).
TNGR merupakan taman nasional yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 15 Staatblaat Tahun 77 tanggal 12 Maret 1941 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 280/Kpts-II/1997.
Pendirian taman nasional ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Dua diantaranya adalah (1) mempunyai pemandangan alam yang sangat indah dan potensi budaya yang unik untuk ekowisata; dan (2) dapat meningkatkan keseimbangan ekosistem, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan ekowisata yang pada akhirnya akan meningkatkan pembangunan daerah.
Penggambaran dampak ini didasarkan pada hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada 7 partisipan. Partisipan itu terdiri dari 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Usia mereka berkisar antara 31 tahun dan 55 tahun.
Seluruh peserta berasal dari etnis Sasak, dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang dan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 3 orang. Dari segi pekerjaan, 1 peserta adalah pedagang, guru, security hotel, pegawai pemerintah, agen trekking, dan 2 peserta adalah pemandu wisata.
Hasil FGD kemudian ditranskrip. Dengan mengontekstualisasikan data yang ditranskrip tersebut, lalu analisis isi deskriptif dilakukan. Kontekstualisasinya dilakukan dengan mengikuti penelitian yang dilakukan oleh (Höijer 2010), yaitu dengan mengkode emosi ketakutan dan harapan informan ketika mengungkapkan pendapatnya. Kutipan dari para informan digunakan untuk mendukung kontekstualisasi.
Takut dan Harapan
Terkait dengan dimensi ekonomi, dampak negatif dari pariwisata adalah; bahwa pariwisata dipermasalahkan karena menghasilkan pekerjaan sementara dan/ atau tidak stabil, upah yang rendah, meingkatnya standar biaya hidup, serta tidak memasukkan tenaga kerja lokal (Garau-Vadell, 2019).
Sedangkan dampak positifnya; pariwisata berkontribusi pada meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah (Andraz, Norte, & Gonçalves, 2015); peningkatan investasi, peningkatan pendapatan pemerntah derah (Mcdowall & Choi, 2010); menambah uang dan menambah pekerjaan (Diedrich & García-Buades, 2009).
Bagaimana dengan dampak ekowisata? Hasil pengumpulan data menggunakan FGD, peserta menjangkarkan (anchored) emosi takut dan harapan dengan menggambarkan ekowisata adalah salah satu industri yang penting dalam mendukung ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatnya standar biaya hidup mereka. Objectivication tentang hal ini dilakukan peserta FGD dengan menyebutkan kata “menyambung hidup”, “penonton”, “pajak”.
Dari sini dapat dilihat, bahwa ekowisata merupakan salah satu industri yang penting bagi residen, karena ia meningkatkan kesempatan kerja bagi residen. Namun demikian, adanya pariwisata juga meningkatkan biaya hidup residen. Biaya hidup adalah biaya yang dibutuhkan sehari- hari untuk tinggal di suatu tempat tertentu.
Menarik untuk diketahui, bahwa peserta FGD mengaitkan peningkatan taraf hidup dengan ekowisata, namun mereka tidak menyalahkan ekowisata sebagai penyebab peningkatan taraf hidup. Temuan ini menguatkan penelitian yang dilakukan Liu dan Var (1986).
*)Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bogor, **)Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bali, ***)Badan Riset dan Inovasi Nasional, Mataram, ****)Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kebumen.