Inilah salah-satu peran AI Geospasial dan PPI Dunia. Harapan itu mengemuka dalam sebuah webinar beberapa hari lalu

FENOMENA #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap belakangan ini menjadi sorotan publik. Tagar ini mencerminkan tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia dalam mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak.
Banyak di antara mereka untuk mencari peluang di luar negeri, baik untuk studi lanjut maupun bekerja.
Menanggapi isu ini dengan pendekatan konstruktif, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI Dunia) menggelar webinar bertajuk “Transformasi Digital untuk Keberlanjutan: Pemanfaatan SIG, Geospatial AI, dan Machine Learning”. Kegiatan tersebut digelar pada Sabtu, 22 Februari 2025.
Acara yang diadakan secara daring itu berhasil menarik lebih dari 200 peserta dari berbagai sektor, termasuk mahasiswa, akademisi, peneliti, pegawai pemerintah seperti BRIN, perusahaan swasta, serta LSM.
Kiprah PPI
Koordinator PPI Dunia, Adhie Marhadi, yang tengah menempuh studi doktoral di Hungarian University of Agricultural and Life Sciences, menekankan pentingnya kolaborasi antara pelajar Indonesia di luar negeri dengan masyarakat di dalam negeri.
“Alih-alih hanya ‘kabur’, kita justru bisa berkontribusi secara aktif untuk kemajuan Indonesia melalui transfer ilmu dan kerja sama,” ujarnya. Menurutnya, gotong royong dalam menghadapi berbagai tantangan akan menjadi kunci menuju Indonesia Emas 2045.
Ketua pelaksana, Nugraha Akbar Nurrochmat, mahasiswa S3 di Warsaw University of Life Sciences, menambahkan bahwa webinar ini bertujuan mempercepat alih pengetahuan di bidang sistem informasi geografis (GIS).
“Ilmu pengetahuan global berkembang pesat. Kita harus sigap mengikuti perkembangan teknologi seperti penggunaan drone, machine learning, dan artificial intelligence agar tidak tertinggal,” jelasnya.
Webinar ini menghadirkan para pakar di bidangnya. Diantaranya Diki Nurul Huda, CEO dan Founder PT Geoteknologi Cipta Solusi. Dia mengaku senang dapat berbagi ilmu dalam acara ini dan berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan.

Sementara itu, Zhafran Hamid, CEO dan Founder GISxUAV, menegaskan pentingnya inovasi teknologi geospasial dalam meningkatkan efisiensi dan kecepatan penyediaan data.
Agen Perubahan
Acara tersebut dimoderatori oleh James Zulfan, mahasiswa S3 di The University of New South Wales. Di akhir sesi, Dia menutup dengan optimisme, bahwa para pelajar Indonesia di luar negeri harus terus berkontribusi bagi tanah air.
“Semakin banyak masyarakat yang memahami dan memanfaatkan teknologi ini, semakin terjangkau dan berkembang pula ekosistem digital di Indonesia,” tutupnya.
Dengan inisiatif seperti ini, diharapkan diaspora akademik Indonesia tidak hanya menjadi pencari peluang di luar negeri. Lebih dari itu, juga sebagai agen perubahan yang berkontribusi untuk masa depan bangsa.***
(Nugraha Akbar Nurrochmat, Warsaw – Polandia)
No comment