Arif Wibowo: Pentingnya Teknologi Rendah Karbon

“Di balik setiap upaya mitigasi, selalu ada peluang bisnis yang harus kita pahami dan optimalkan,” ucap seorang pemateri pelatihan Penyusunan DRAM di Bogor.

MENURUT Ir. Arif Wibowo, M.Sc., IPU, Country Manager ICLEI Indonesia, Paris Agreement adalah tonggak penting upaya global dalam menahan laju perubahan iklim.

“Kesepakatan Paris tersebut mendorong setiap negara secara sukarela menyusun Nationally Determined Contributions (NDCs). NDCs ini menjadi pilar utama dalam upaya global untuk mencapai target menjaga kenaikan suhu global di bawah 2°C, atau bahkan 1,5°C,” ungkap Arif. Hal itu disampaikannya  di tengah peserta  Pelatihan Penyusunan DRAM Sektor Kehutanan dan Lahan di Bogor Sabtu (07/09/24).

Dikatakannya bahwa negara maju diwajibkan untuk menerapkan kebijakan mitigasi nasional dan menyediakan sumber daya finansial tambahan bagi negara berkembang untuk adaptasi dan transfer teknologi.

Arif menyoroti pentingnya teknologi rendah karbon dalam pelaksanaan mitigasi perubahan iklim, khususnya di lima sektor utama yang memerlukan regulasi dan kemitraan profesional.

“Di balik setiap upaya mitigasi, selalu ada peluang bisnis yang harus kita pahami dan optimalkan,” tambahnya.

Tantangan Nasional

Di tingkat nasional, Indonesia menunjukkan komitmen melalui Undang-Undang No. 16 Tahun 2016 yang mengesahkan Paris Agreement, serta penetapan harga karbon sebesar 30 ribu rupiah berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2021. Namun, tantangan lain muncul terkait pajak karbon.

“Penting untuk memahami bahwa tidak semua unsur karbon dikenakan pajak, hanya CO2e yang terlibat,” jelas Arif. Menurutnya, pajak karbon ini harus diperjuangkan agar tidak memberatkan, terutama bagi perusahaan yang sedang mencari pinjaman untuk mendukung mitigasi iklim.

Dampaknya Luar Biasa

Artikel 8 dari Paris Agreement menekankan pentingnya kerjasama dan dukungan dalam menghadapi kerugian dan kerusakan yang tidak dapat dihindari, termasuk peringatan dini, kesiapsiagaan darurat, dan kejadian yang berlangsung lambat.

Arif mengingatkan bahwa skenario ke depan harus dipersiapkan dengan baik, mengingat kenaikan suhu global dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pariwisata hingga harga kopi lokal.

Apakah kita bisa melawan perubahan iklim atau tidak?

“Itulah pertanyaan besar yang harus kita jawab bersama,” pungkas Arif. Dengan memahami dinamika kebijakan global dan nasional, serta tantangan yang dihadapi, Indonesia dapat memainkan peran strategis dalam memitigasi dampak perubahan iklim dan memastikan keberlanjutan kehidupan di masa depan.

Rizqi

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *