Siapa pun tentu tidak menampik, bahwa potensi keanekaragaman flora dan fauna langka dapat menjadi daya tarik tersediri sebuah taman nasional. Begitu juga dengan panorama seperti seperti danau, air terjun, air panas, serta kawah di puncak gunung. Kedatangan wisatawan tentu memberikan nilai ekonomi bagi bagi penduduk sekitarnya.
Menurut Prof. Dr. Dodik Ridho Nurrochmat, Pakar Kehutanan IPB, sepinya dinamika taman nasional selama ini juga tak lepas dari cara pandang berbagai pihak terhadap obyek tersebut. Untuk itu sosialiasi dan promosi, serta perubahan cara-cara pengelolaan taman nasional di berbagai daerah perlu dilakukan.
Dodik melihat, di bawah kepemimpinan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, diharapkan taman nasional di berbagai daerah akan lebih baik lagi. “Beliau (Dirjen KSDAE –red) berpikiran maju dan cukup terbuka dengan berbagai masukan positif,” tuturnya kepada GI usai buka puasa bersama di kediamannya beberapa waktu lalu.
Lebih jauh Guru Besar IPB itu memaparkan, bahwa secara science dalam pengelolaan taman nasional perlu terlebih dahulu dilihat fungsi pokok taman nasional, bukan hanya sekedar statusnya. “Masing-masing taman nasional itu kan memiliki fungsi pokok yang berbeda-beda,” jelas Dodik. Tatakelola taman nasional harus didasarkan pada fungsi pokoknya masing-masing.
Hal tersebut, menurut Dodik, adalah agar berbagai konflik di kawasan taman nasional bisa diatasi. Seperti Baluran misalnya, dimana konservasi banteng adalah fungsi pokok yang sebenarnya. Jadi tatakelolanya harus disesuaikan dengan konservasi banteng. Begitu juga di Ujung Kulon misalnya, konservasinya dasarnya adalah badak Jawa. “Maka bila ada penebangan pohon di lokasi tertentu atau pengambilan madu hutan mustinya tidak masalah,” ungkapnya.
Intinya harus ada ketentuan-ketentuan yang tidak menyalahi perkembangan badak, banteng atau pohon tertentu yang merupakan fungsi pokok salah satu taman nasional. Dengan demikian nilai ekonomi atau nilai konservasi di berbagai taman nasional dapat dikelola sekaligus memberi kesempatan sosial ekonomi bagi warga di sekitarnya.
Perlu Kreatifitas
Menurut Dodik, cukup banyak persoalan yang perlu dibenahi di sejumlah taman nasional. “intinya bagaimana kita mau merubah pola paradigma lama, termasuk dalam hal konservasi di taman nasional. Selanjutnya lakukan kreatifitas-kreatifitas dalam pengelolaan potensi, sehingga banyak peluang-peluang bisnis yang bisa dilakukan,” jelasnya.
Salah-satunya misalnya dalam bisnis ekowisata. Seperti diketahui bahwa masing-masing taman nasional memiliki “icon”. Untuk itu diperlukan strategi dalam pengelolaan icon tersebut. Pasalnya, para turis atau penikmat ekowisata mau berkunjung ke sebuah taman nasional tentunya ingin menemukan dan menikmati pemandangan sesuai yang mereka inginkan.
“Tapi bagaimana kalau orang susah-susah datang dari jauh namun tidak menemukan hal yang ingin dilihat. Untuk itu sebenarnya kan bisa dirancang strategi-strategi pengelolaan icon. Diantaranya yang dapat dilakukan adalah melalui strategi feeding atau by design, misalnya pada icon orang utan, badak atau harimau dan sebagainya,” papar Dodik Nurrochmat.***
No comment