Uwi Butun II: Prospek Cerah, Budidaya pun Mudah

Oleh: Reny Sawitri dan Titi Kalima *)

Seperti telah diuraikan pada judul sebelumnya, bahwa potensi uwi butun sebagai pangan alternatif cukup menjanjikan. Peluang agribisnis dan budidayanya pun terbuka.

UWI butun telah banyak dibudi dayakan  di Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku.  Selain ke kelima wilayah tersebut, Jawa Barat masih jarang membudidayakan uwi butun. Padahal prospek uwi butun sebagai bahan alternatif pangan cukup cerah.

Selain itu tumbuhan ini mudah dibudidayakan. Di Jawa Barat, usahatani uwi butun dapat dilakukan secara tumpang sari pada tanaman inang,  ataupun secara monokultur dengan tempat rambatan/paranggong.

Bibit

Tanaman uwi butun diperbanyak menggunakan umbi, sehingga organ tersebut memiliki fungsi ganda yaitu sebagai bahan pangan dan bahan perbanyakan. Umbi yang dipanen akan tetap dorman tanpa bisa tumbuh selama 30-150 hari bergantung pada umur panen, spesies, dan kondisi lingkungan tumbuh dan penyimpanan.

Bibit yang baik adalah umbi yang sedang tidak tumbuh (dormant) yang digali pada musim kemarau pada saat bagian-bagian tanaman di atas tanah sudah kering dan mati. Masa dormansi uwi butun berkisar antara 2– 4 bulan setelah panen. Menurut Sudarmadi, dkk. (2012) lamanya waktu tumbuh mata tunas di bagian pangkal umbi dapat diatasi dengan teknik produksi bibit uwi butun sebagai berikut :

(a). menyiapkan tempat semaian (seedbad), menggunakan media tumbuh serbuk sabut kelapa (cocopeat) yang dicampur dengan kompos (1:2); (b). menyiapkan larutan fungisida Benomyl (5 g/l air); (c). menyiapkan larutan ZPT Rooton-F (5 g/l air); (d). menyiapkan umbi bahan semaian, yaitu dengan membelah umbi menjadi tiga bagian (bagian pangkal, tengah, dan pucuk) dimana masing-masing bagian tersebut dibelah lagi menjadi 4–6 bagian dengan mengupayakan setiap hasil belahan umbi ada mata tunas akar;(e). merendam materi-materi tersebut kedalam larutan fungisida Benomyl selama 5–10 menit, kemudian dipindahkan ke larutan ZPT Rooton F setelah ditiris sekitar 5 menit; (f) tanam materi calon bibit ke dalam Seedbad. Teknik tersebut, dapat mempersingkat waktu tumbuh bagian-bagian umbi. Bagian pangkal mempunyai kecepatan tumbuh lebih awal, sekitar 21–35 hari setelah penyemaian, kemu-dian berturut-turut diikuti oleh tumbuhnya umbi bagian tengah dan pucuk. Dalam waktu singkat, satu umbi berukuran sedang dapat menghasilkan 16–24 batang bibit, sehingga dapat diproduksi masif dan tidak bergantung pada awal musim hujan saat tanam.

Penanaman

Tanah dan pemupukan uwi butun dapat ditanam dengan tiga cara, yaitu menggunakan lubang, larikan dan guludan. Lubang dapat dibuat dengan diameter antara 30–50 cm, kedalaman 30–40 cm, jarak tanam antara 100–130 cm. Guludan dapat dibuat dengan jarak antar guludan 0,75–1,0 m dan jarak antar tanaman 1,7 m. Untuk hasil yang lebih maksimal, sebaiknya tanah digemburkan terlebih dahulu sebelum tanam dan diberikan tambahan pupuk kompos atau pupuk kandang ke dalam lubang tersebut.

Jumlah pupuk kandang yang dibutuhkan berkisar antara 12– 15 ton/ha. Pupuk buatan dapat diberikan pada tanaman yang berusia kira-kira tiga bulan. Pupuk disebarkan di sekitar tanaman sedalam 5 cm. Urea yang dibutuhkan 112– 135 kg/ha atau 30 g (2 : 2 : 3 NPK) pada masing- masing lubang atau tiap tanaman.

Pemberian pupuk organik 5 kg/lubang tanam dan pupuk NPK secara nyata dapat meningkatkan rata-rata pertumbuhan uwi D. alata pada umur empat bulan setelah tanam. Tanah subur dengan curah hujan merata sangat penting untuk pertumbuhan dan hasil tanaman; karena itu produktivitas tanaman sangat bervariasi antar berbagai agroekologi yang berbeda. Pada lahan-lahan yang kurang subur, pemberian pupuk anorganik dan organik sangat diperlukan. Pada tanah alfisol, dilaporkan bahwa pemupukan nitrogen setara 25-56 kg N adalah optimum bagi uwi ungu (D. alata) tanpa atau dengan penambahan pupuk 56 kg K per hektar.

Penanaman uwi butun (Dioscorea alata L.) secara tumpangsari

Pemeliharaan

Pemeliharaan uwi butun sangat ringan dan ekonomis, pemeliharaan khusus dapat dikatakan tidak ada. Umbinya yang besar dapat diusahakan dengan membiarkan satu tunas saja yang tumbuh terus. Tanaman juga diusahakan memanjat dengan cara merambatkan pada tiangtiang bambu atau pada pohon–pohon di dekat tempat tumbuhnya.

Masyarakat di sekitar hutan Wonosadi, Gunung Kidul, Yogyakarta memilih tanaman Lamtoro (Lechaena glauca L.) sebagai inang belitan yang spesifik agar mendapatkan hasil uwi yang paling baik. Hal ini dikarenakan tanaman inang tersebut tajuknya tidak terlalu tinggi dan mudah ber-gerak oleh angin sehingga tajuk tanaman uwi dapat ikut serta. Tanah juga perlu dibumbun agar umbinya tidak tersembul keluar dari permukaan tanah. Umbi yang tersembul keluar permukaan tanah dapat menyebabkan rasa pahit.

Hama dan Penyakit  

Penyakit yang perlu diwaspadai adalah antraknosa, penyakit ini lebih sering menyerang D. alata dibandingkan tanaman umbi-umbian yang lain. Antraknosa disebabkan oleh beberapa organisme, di antaranya Collectichum spp. dan Glomerella spp.

Cara yang paling mudah untuk mengatasi antraknosa adalah penggunaan varietas tahan. Dilaporkan bahwa pada varietas tahan terjadi peningkatan kandungan fenol dibandingkan dengan varietas yang rentan. Sedangkan pada umbinya, penyakit yang sering menyerang disebabkan oleh Fusarium spp., Penicillium spp.dan Rosellinia spp., penyakit ini biasanya menyerang pada saat pascapanen (penyimpanan).

Hama yang menyerang uwi D. alata adalah yam beetle (Heteroligus spp.), namun hama inidapat diatasi dengan penyemprotan insektisida atau dengan menanam uwi pada akhir musim 

Pemanenan

Produksi uwi butun melimpah pada saat panen raya di daerah sentra produksi. Panennya tergantung dari jenis dan kebutuhannya. Ciri-ciri tanaman uwi butun yang dapat dipanen ditandai dengan daun-daunnya yang menguning kemudian rontok dan pohonnya mulai mengering.

Waktu yang paling baik untuk memanen adalah pada musim kemarau, hal ini terkait dengan kualitas umbi yang dihasilkan. Umbi  yang dipanen pada umur 9 bulan memiliki bahan kering dan pati yang tinggi dibandingkan dengan uwi yang dipanen pada umur 5 dan 7 bulan. Jika kondisi iklim dan teknik budi daya yang tepat, produksi umbi dapat mencapai 5‒10 kg, bahkan pernah sampai mencapai 60 kg atau 61ton/ ha.

Pemanenan uwi butun dalam bentuk segar dapat dikomsumsi dengan direbus, dikukus, dibakar atau digoreng. Memasak uwi butun yang paling baik yaitu dengan menggunakan  tekanan tinggi karena dapat menghasilkan nilai glukosa yang rendah dibandingkan dengan direbus. Pemanggangan uwi butun dalam suhu 1800C selama 20 menit.

         Umbi dalam bentuk segar

Pemanenan uwi butun dalam bentuk olahan menjadi produk setengah atau produk makanan antara lain: pengolahan tepung uwi butun menjadi makanan modern seperti cake, flakes, muffin, bihun atau mie, atau sebagai pengental pudding, saus dan vla sangat prospektif dilakukan. Diagram pembuatan tepung uwi butun:

*) Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi- Badan Riset dan Inovasi Nasional

Redaksi Green Indonesia