Bagaimana merealisasikan pasar karbon melalui Bursa Efek (Karbon) Indonesia? Hal itu menjadi diskusi menarik dalam FGD yang diselenggarakan IPB University bersama UNDP siang tadi.


INI kabar baru dan baik (good news). Seperti diungkapkan Guru Besar IPB University, Prof. Dr. Dodik R Nurrochmat, bahwa Bursa Efek Indonesia hari ini (Rabu, 22/02) sudah mulai membuka perdagangan karbon.
“Alhamdulillah hari ini sudah listing di Bursa Efek Karbon, yaitu untuk sektor energi kelistrikan,” ungkap Dodik mengawali diskusi yang dihadiri berbagai pihak di Hotel Novotel Bogor. Disamping itu FGD terkait perdagangan karbon itu juga diikuti berbagai pihak secara daring (zoom) dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri.
Lalu bagaimana, jika nilainya sudah keluar dan pasar atau perdagangannya sudah ada, apakah akan bisa langsung menjadi uang atau cuan,” ucap profesor itu memantik diskusi yang dihadiri oleh berbagai kalangan dari dunia bisnis nasional.
Transparan dan Bergairah
Dikatakannya, bahwa pasar skunder karbon itu dilakukan di bursa effek. Untuk itu perlu dipahami bahwa karbon itu non tradable, bukan tradable gods. “Produk itu punya nilai bukan hanya karena diperlukan dalam bentuk barang, namun juga berdasarkan Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan,” jelas Dodik.
Dengan demikian, menurutnya, bukan berarti tidak bisa diperdagangkan jika telah direalisasikan menjadi tradable gods. Jadi selama ini, NEK masih dalam nilai potensial. Setelah melalui Permen LHK no. 21/2022 dan Permen ESDM 16/2022, maka karbon bisa direalisasikan dari hanya sebatas potensial menjadi nilai ekonomi ril (uang).
Prof. Dodik pun berharap, dengan masuknya perdagangan ke bursa efek, maka pasarnya akan lebih transparan. Kemungkinan adanya ‘karbon koboi’ pun akan mudah diantisipasi,” ujar Dodik.

Dia pun berharap agar Bursa Efek Karbon akan memberi dampak yang menggairahkan dalam upaya pelestarian lingkungan. “Perusahaan yang baik dalam pelestarian hutan dan lingkungan tentu pantas mendapatkan penghargaan yang nyata setelah BEK,” tambahnya lagi.
Memantik soal pajak karbon, Dia meminta agar jangan terlalu memberatkan bagi dunia usaha.
***Riz***