Potcast Cedar TV: Mangrove Itu Basis Strategis Pejuang Kemerdekaan

Hutan di bibir pantai ini menjadi benteng pejuang Indonesia saat perang di masa lalu.


MANGROVE dan perjuangan… lantas apa hubungannya? 
Di balik pertempuran heroik di Surabaya, hutan mangrove ternyata menjadi basis strategis para pejuang Indonesia. Ekosistem mangrove yang lebat dan rapat membuatnya sangat sulit ditembus oleh musuh.

Para pejuang menggunakan hutan ini sebagai tempat berlindung sekaligus merancang strategi gerilya –taktik perang yang mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan pengetahuan medan.
Selain itu, keberadaan nyamuk yang melimpah di hutan mangrove menjadi ‘senjata alami’ yang tak disangka. Tentara asing, terutama Belanda, sangat takut masuk ke daerah ini karena risiko penyakit seperti malaria yang dibawa nyamuk. Dengan kata lain, mangrove bukan hanya menjadi benteng fisik, tapi juga benteng biologis yang melindungi para pejuang dari serangan langsung.

Zaman Kerajaan Kuno
Peran mangrove tidak hanya berhenti pada masa perjuangan kemerdekaan. Sejarah mencatat bahwa kerajaan-kerajaan besar di Nusantara seperti Sriwijaya dan Mataram juga memiliki hubungan erat dengan ekosistem mangrove. “Kerajaan-kerajaan itu memanfaatkan mangrove sebagai sumber kehidupan, pelindung pantai dari abrasi, dan sebagai bagian dari sistem pertahanan wilayahnya,” ucap Ahli Ekologi Hutan dari IPB, Dr. Dadan Mulyana, dalam sebuah potcast di Cedar TV.
Mangrove membantu menjaga keseimbangan ekosistem pesisir yang vital bagi kelangsungan perdagangan dan pertahanan kerajaan. Dengan demikian, mangrove telah menjadi aset penting yang menopang kehidupan dan keamanan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.

Mengapa Penting?
Mangrove bukanlah hutan biasa. Ia adalah benteng alami yang melindungi garis pantai dari gelombang besar dan erosi, habitat bagi ribuan spesies laut, serta penyerap karbon yang efektif dalam melawan perubahan iklim.

Dalam konteks sejarah, mangrove juga menjadi saksi bisu perjuangan bangsa ini mempertahankan kemerdekaannya.
“Sayangnya, keberadaan mangrove kini terancam oleh aktivitas manusia seperti reklamasi, penebangan liar, dan polusi,” tutur Dadan dalam potcast tersebut. Padahal, menjaga kelestarian mangrove berarti menjaga warisan sejarah sekaligus masa depan Indonesia.



***Bakry/Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *