Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, arah pembangunan peternakan dan kesehatan hewan saat ini fokus untuk mewujudkan swasembada protein hewani dan pengentasan kemiskinan di pedesaan
Hal tersebut disampaikan saat membuka acara Rapat Koordinasi Teknis Nasional (Rakonteknas) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan hari ini Senin tanggal 16 April 2018 di IPB Internasional Convention Center Bogor. Indonesia saat ini sudah swasembada untuk komoditas unggas, bahkan ekspor. Namun untuk daging sapi tampaknya masih jauh dari harapan.
Terkait dengan daging sapi, saat ini Kementan sedang berupaya untuk meningkatkan populasi sapi/kerbau di Indonesia, baik melalui UPSUS SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting) juga dilakukan melalui penambahan sapi indukan impor dan pengembangan sapi ras baru “Belgian Blue”.
Sebagai tahun pertama pelaksanaan program, capaian kinerja program UPSUS SIWAB Tahun 2017 menurut saya sangat fantastis, hal ini terlihat dari :
(i) Pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari bulan Januari 2017 sampai dengan 13 April 2018 telahterealisasi sebanyak 5.143.398 ekor;
(ii) Kebuntingan 2.334.794 ekor;
dengan kelahiran sebanyak 1.136.454 ekor atau setara Rp. 7,9 triliun dengan asumsi harga 1 pedet lepas sapih Rp. 7 juta/ekor. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program UPSUS Siwab pada tahun 2017 sebesar Rp 1,1 triliun.
“Saya bangga dengan peternakan karena Upsus Siwabnya berhasil, jika ini terus ditingkatkan akan tercapai swasembada protein hewani,” ungkap Mentan Amran.
Untuk pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia Kementan menargetkan pada tahun 2019 akan ada kelahiran 1.000 ekor. Pada tanggal 12 April 2018 kemarin telah lahir kembali sapi Belgian Blue hasil embrio transfer. Sebagai upaya mewujudkan swasembada protein hewani dan Lumbung Pangan Dunia tahun 2045, selain upaya-upaya tersebut di atas juga akan ditempuh dengan penambahan indukan impor. Pengadaan indukan impor tahun 2018 direncanakan dialokasikan sebesar 15.000 ekor yang akan didistribusikan pada daerah-daerah yang mempunyai komitmen kuat dalam hal keberlanjutan pengembangan ternaknya.
Selain program untuk peningkatan produksi komoditas strategis, mulai tahun 2018 s.d tahun 2020, Pemerintah juga akan melakukan berbagai program dan kegiatan dalam rangka Pengentasan Kemiskinan. Implementasi kebijakan tersebut, Kementerian Pertanian akan melaksanakan kegiatan padat karya dan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin yang dimulai dengan 100 Kabupaten/Kota pada 1.000 desa. Untuk sub sektor peternakan akan difasilitasi melalui kegiatan bantuan pemerintah berupa unggas sebanyak 10 juta ekor. “Satu rumah tangga miskin masing-masing 50 ekor,” ungkapnya
“Kita telah membuat langkah dalam upaya pengentasan kemiskinan di desa berbasis pertanian melalui program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera),” kata Mentan Amran. “Untuk pelaksanaannya, tahun ini dan tahun depan fokus pada pemberian bantuan berupa komoditas unggas (ayam dan itik), kambing/domba dan kelinci,” tambahnya.
Bedah kemiskinan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui bantuan – bantuan yang diberikan. “Kita tidak akan biarkan petani miskin,” kata Mentan.
Menurutnya yang bisa menyelesaikan pengentasan adalah peternakan. Untuk itu Mentan menunjuk Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menjadi leading sektor.
“Pelaksanaan bedah kemiskinan ini akan saya mulai minggu depan pada 23 April 2018 di desa Cikencana Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan akan berlanjut di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung dan Sumatera Selatan,” ungkap Mentan Amran,” pungkasnya.**
No comment