Mangrove; Dibalik Indahnya Batik Indonesia

Penggunaan pewarna alami dalam industri batik lebih ramah lingkungan, karena berbagai sumber pewarna alami tidak mengandung zat berbahaya, baik bagi tubuh maupun lingkungan. Satu diantara bahan pewarna alami itu adalah mangrove.

Mengenal lebih dekat dengan Rhizophora mucronata (Dokumentasi PT Cedar Kayatama Lestarindo di Tarakan, Kalimantan Utara)

SIAPA yang membantah…, bahwa batik itu indah? Batik memang indah, dan merupakan salah satu warisan leluhur bangsa Indonesia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Salah satu yang menarik dari kesenian batik adalah perpaduan berbagai macam warna. Pemilihan warna menjadi perhatian kuat bagi seorang pembatik.

Sintetis vs Alami
Saat ini, sebagian besar industri batik sudah menggunakan pewarna sintetis karena dinilai lebih praktis dan murah. Selain itu, pewarna sintetis memiliki retensi warna yang lebih baik dibandingkan dengan pewarna alami, sehingga  memiliki daya tahan yang lebih tinggi (tidak mudah luntur).
Akan tetapi sebagian pewarna sintetis memiliki kandungan logam berat yang tinggi seperti logam (Pb) dan kromium (Cr). Oleh karena itu, jika penggunaan pewarna sintetis digunakan secara masif, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan, khususnya pencemaran air, jika air limbah secara langsung dibuang ke sungai.
Penggunaan pewarna alami dalam industri batik lebih ramah lingkungan, karena berbagai sumber pewarna alami tidak mengandung zat berbahaya, baik bagi tubuh maupun lingkungan.

Ekstraksi Mangrove
Salah satu pewarna alami yang sering digunakan dalam kegiatan membatik berasal dari mangrove. Jenis Rhizophora mucronate menjadi salah satu jenis mangrove yang menghasilkan pewarna alami.  Demikian dikatakan Dr. Dadan Mulyana, Ahli Ekologi Hutan IPB dalam potcast di Cedar TV  beberapa waktu lalu.

Proses ekstrasi yang dilakukan secara tradisional di UMKM Batik Tulis Kebon Indah (Chafidz dan Lestari 2021)

Tanin yang terkandung dalam mangrove tersebut sebesar 30,43%. Menurut sejumlah sumber ahli, kandungan Tanin itulah yang menjadi sumber pewarna alami dalam mangrove.
Menurut Paryanto et al. (2015), bagian kulit, ranting, daun, akar, bunga, dan biji merupakan sumber pewarna alami yang dapat diekstraksi.
Warna yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah warna cokelat dan merah maroon, tergantung jumlah air yang digunakan (Martuti 2017).
Secara tradisional, ekstrasksi dapat dilakukan dengan cara mengeringkan bagian pohon mangrove yang dipilih (disarankan untuk memilih bagian buah atau batang), kemudian direbus dengan komposisi 250 gram/2,5 liter air.
Proses perebusan dapat dilakukan sampai air warna coklat atau merah maroon keluar atau airnya menjadi pekat. Setelah itu, air hasil rebusan dapat digunakan untuk membatik.
Proses ekstraksi secara sederhana (tradisional) memang memiliki kelemahan seperti proses ekstraksi yang cenderung lama, hasil yang tidak maksimal, pembakaran menggunakan kayu yang cenderung tidak stabil, dan yang lainnya. Oleh karena itu, di era perkembangan teknologi ini, mekanisasi ekstraksi zat pewarna alami sudah banyak dikembangkan di Indonesia.

Referensi :
Chafidz A, Lestari AYD. 2021. Pengenalan teknologi ekstraksi zat warna alam untuk pewarna alami batik di UKM Batik Tulis “Kebon Indah”, Bayat, Klaten. Jurnal Komunitas : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 3(2) : 101-108https://doi.org/10.31334/jks.v3i2.1271.
Hadi WP, Putera DBRA, Sofiatun, Nurmegawati L, Abidin Z, Putri MM. 2025. Optimalisasi mangrove sebagai pewarna alami batik tulis Tanjung Bumi Madura untuk melatihkan kewirausahaan green economy siswa. Darmabakti. 6 (1) : 9-18.  https://doi.org/10.31102/darmabakti.2025.6.01.009–018.
Martuti, Nana Kariada Tri, Isti Hidayah. Peran Mangrove Dalam Perkembangan Batik Pesisiran Di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional. 2018.
Paryanto, Kwartiningsih E, Agung W, Pranolo SH, Haningtyas V, Hidayat R, Roy I. 2015. Pengambilan zat warna alami dari buah mangrove spesies Rhizophora mucronata untuk pewarna batik ramah lingkungan. Jurnal Purifikasi. 15(1): 33-40https://doi.org/10.12962/j25983806.v15.i1.23.
Yuliana. (2023). Risiko Penggunaan Cat Sintetis pada Pewarnaan Batik untuk Kesehatan Pengrajin. Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan Dan Batik, 4(1), E.02 1-6.

***Fais/Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *