Populasi ubur-ubur ‘meledak’, mengancam wisatawan pantai dan bisa melumpuhkan mesin (seperti di PLTU Paiton). Di lain pihak, kandungan gizi ubur-ubur luar biasa; tinggi protein, rendah kolesterol dan kaya kolagen.
SEBUAH fenomena; akhir-akhir ini sering terjadi ledakan ubur-ubur di beberapa lokasi wisata pantai.
Secara ekonomi, hal ini menyebabkan kerugian bagi pengelola wisata. Jumlah pengunjung menurun, karena adanya ancaman tersengat ubur-ubur. Disamping itu, ledakan ubur-ubur ini juga memengaruhi pendapatan nelayan karena hasil tangkapan ikan pelagis selama fenomena ini berlangsung menjadi menurun sampai 70%.
Kasus terbaru “serangan” ribuan ubur-ubur terjadi di wilayah kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton, Probolinggo. Meski kecil, dengan masa hidup yang sebentar, serangan ubur-ubur itu bisa berdampak pada ketahanan energi.
Apa pengaruhnya? Beberapa penelitian melaporkan bagaimana ubur-ubur dapat menghentikan operasional pembangkit listrik seperti di PLTU Paiton. Ledakan populasi ubur-ubur menyebabkan tersumbatnya water intake untuk pendingin mesin dan mengakibatkan mesin menjadi kepanasan (overheat), dan beresiko rusak.
Kenapa Meledak?
Sebenarnya apa penyebabnya dan bagaimana mengendalikan dampak ledakan ubur-ubur?
Ledakan populasi ubur-ubur adalah peristiwa peningkatan populasi ubur-ubur dalam keadaan yang jauh menyimpang dari keadaan keseimbangan dan akan menurun kembali setelah beberapa waktu.
Melimpahnya jumlah populasi (outbreak) jenis ubur-ubur diakibatkan oleh perubahan musim, musim kawin, dinamika oseanografi, overfishing, eutrofikasi dan predator. Jumlah populasi ubur-ubur yang meningkat ini dapat kembali normal dengan sendirinya seiring dengan pergantian musim.
Mengapa ubur-ubur selalu berkumpul?
Salah satu penyebab pola perilaku ini karena sistem reproduksinya. Ubur-ubur jantan harus sangat dekat dengan betina agar dapat melepaskan gamet (sperma) ke dalam air.
Oleh karena itu perilaku berkerumun hanyalah cara untuk saling dekat satu sama lain. Suhu air perairan Indonesia yang cenderung hangat dapat mempercepat reproduksi serta memperpanjang musim kawin untuk ubur-ubur.
Musim kawin yang lebih lama membuat populasi ubur-ubur meningkat dengan pesat. Terlebih lagi jika musim kawin dan perubahan iklim yang mendukung peningkatan jumlah makanan yang tersedia untuk ubur-ubur.
Faktor penyebab meledaknya populasi ubur-ubur berikutnya adalah eutrofikasi.
Eutrofikasi merupakan proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam perairan, atau dengan kata lain, munculnya nutrisi yang berlebihan pada ekosistem air yang menyebabkan perairan menjadi subur. Hal ini ditandai dengan padatnya alga dan tumbuhan air pada perairan tersebut.
konsentrasi total phosphorus berlebih (rentang 35-100 ug/L) di dalam air menjadi penyebab utama perairan tersebut dikatakan eutrofik.
Aktivitas masyarakat modern menjadi penyumbang yang sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air. Limbah pakan ikan yang mengandung unsur hara fosfor dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton dan alga dan meningkatkan produktivitas perairan.
Eutrofikasi meningkatkan kandungan hara di perairan dan memicu meningkatnya pertumbuhan fitoplankton yang disukai ubur-ubur karena merupakan makanan utamanya. Selain itu ledakan populasi fitoplankton (blooming) meningkatkan peluang terjadinya kondisi anoksik (sedikit oksigen) yang tidak dapat ditolelir oleh kebanyakan organisme, namun ternyata ubur-ubur dapat bertahan.
Penyebab ledakan populasi ubur-ubur selanjutnya adalah dinamika oseanografi dan iklim. Ubur-ubur merupakan organisme planktonik yang artinya sistem pergerakannya dipengaruhi oleh arus dan angin.
Ledakan populasi ubur-ubur di suatu perairan seringkali dikorelasikan dengan sistem monsoon dan perubahan arus di laut lepas. Kondisi itu juga akibat pergantian musim yang sedang berlangsung di Indonesia.
Perubahan musim, perubahan pola arus laut bisa mempengaruhi migrasi atau pergerakan ubur-ubur yang sifatnya planktonik (organisme yang melayang dan pergerakannya tergantung dari pola arus laut).
Dinamika oseanografi dan perubahan musim penyebab ledakan populasi ubur-ubur
Penyebab ledakan populasi ubur-ubur berikutnya adalah overfishing (pemanenan ikan berlebih) yang dapat memberi dampak negatif dan merusak ekosistem perairan. Rusaknya ekosistem akibat overfishing ini dapat berakibat pada meledaknya populasi ubur-ubur karena ubur-ubur adalah predator larva ikan yang produktif.
Satu individu ubur-ubur jenis (Physalia physalis) misalnya mampu memangsa hingga 120 larva ikan dalam sehari (Gambar 2). Hilangnya larva ikan akan membuat ikan-ikan besar otomatis tidak ada juga karena rantai makanannya terganggu dan digantikan dengan meningkatnya populasi ubur-ubur dengan sangat cepat dan tidak terkendali.
Rantai makanan pada ubur-ubur
Berkah dibalik Musibah
Di tengah musibah ledakan ubur-ubur, beberapa orang mengubahnya menjadi berkah. Salah satunya pemanenan ubur-ubur untuk dikonsumsi seperti yang terjadi di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat setempat memanfaatkan melimpahnya ubur-ubur dan dipanen untuk kemudian dijual sebagai alternatif mata pencaharian.
Tentu saja tidak semua jenis ubur-ubur dapat dimakan. Lalu jenis apa saja yang boleh dimakan?
Jenis ubur-ubur meriam (Stomolophus meleagris), ubur-ubur biru (Catostylus mosaicus) dan ubur-ubur merah (Rhopilema esculentum) adalah spesies ubur-ubur yang dapat dimakan. Ubur-ubur jenis ini umum dikonsumsi di Cina, Jepang, dan Korea dan termasuk kategori makanan yang mahal.
Salad ubur-ubur yang menjadi makanan mewah di Jepang dan Korea (Sumber: amuse.vise.com)
Solusi pemanfaatan ini sepertinya alternatif yang menjanjikan dalam memetik hikmah dari sebuah persoalan. Ubur-ubur dikonsumsi di beberapa negara Asia dan Asia Tenggara.
Pada tahun 2017, dilaporkan bahwa Jepang setiap tahun mengimpor antara 7.400 dan 10.000 ton ubur-ubur yang dapat dimakan dari Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pemasok utamaya tentu saja dari Indonesia.
Indonesia melakukan modifikasi dengan membuat ubur-ubur kering. Tujuannya agar proses ekspor lebih mudah, ringan dan awet. Setelah diekspor, ubur-ubur dapat disiapkan untuk dimakan dengan merendamnya dalam air selama beberapa jam untuk lalu direbus setengah matang, dan ubur-ubur siap diolah.
Di negara-negara Asia Timur ubur-ubur menjadi makanan favorit dan masuk kategori “mahal”. Sayangnya, masyarakat Indonesia kurang populer mengkonsumsi makanan ini. Hal ini karena stigma ubur-ubur yang dianggap berbisa dan berbahaya.
Padahal penelitian, nilai gizi ubur-ubur luar biasa. Hewan ini tinggi protein, rendah kolesterol dan rendah lemak. Selain itu kaya akan kolagen. Jadi yang ingin awet muda, konsumsilah ubur-ubur…
Vivin Silvaliandra Sihombing, Rozza Tri Kwatrina, Fenky Marsandi. Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN
***Riz***