FPIK IPB bersama UNHAN jalin kerjasama dalam bidang farmakologi untuk mencari pengganti bahan baku impor dalam industri, terutama farmasi dan kosmetik.
SIAPAPUN tentu tak menyangkal, bahwa laut Nusantara memang kaya. Dalam hal sumberdaya perikanan saja misalnya, Indonesia memiliki potensi 67 juta ton/ tahun, baik yang berasal dari tangkapan dan maupun budidaya. Selain sebagai bahan pangan bergizi tinggi, sumberdaya tersebut juga bisa diolah untuk kebutuhan industri.
Namun, kurangnya perhatian para pelaku pengolahan dan industri perikanan selama ini, menjadi pangkal permasalahan yang berujung derasnya impor bahan baku industri, terutama di bidang farmasi dan kosmetik.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2021, kebutuhan impor Indonesia itu meliputi bahan baku, termasuk yang berasal dari kelautan dan perikanan. Padahal, sebenarnya Indonesia sendiri mampu mengisi kebutuhan tersebut. Ironis…
Tampaknya hal ini perlu segera diselesaikan. Mengapa tidak? Bayangkan, jika kondisi itu dibiarkan terus berlangsung, maka bangsa Indonesia bagai ‘ikan yang berenang – lalu mati kehausan’. Untuk itu, ketergantungan dari negara lain harus dikurangi.
Sadar akan kenyataan itu, FPIK-IPB dan Universitas Pertahanan (UNHAN) sepakat melakukan kerjasama. Medio bulan lalu, tepatnya Rabu (16/03/22), bertempat di Fakultas Perikanan dan Ilmu (FPIK) IPB, Kesepakatan Kerjasama itu ditandatangani oleh dua dekan, yakni Dr. Ir. Fredinan Yulianda (Dekan FPIK-IPB) dan Prof. Dr. apt. Yahdiana Harahap, MS (Dekan Fakultas Farmasi Militer – UNHAN) yang pada kesempatan itu hadir bersama Tim.
Dari FIPK-IPB ikut hadir dan menyaksikan acara itu Wakil Dekan, Prof. Dr. Mala Nurilmala, Korbid Penelitian dan Pengabdian, Dr. Sulistiono. serta Korbid Hilirisasi dan Komersialisasi, Prof. Nurjanah.
“Sumberdaya hayati laut kita sangat tinggi dan memiliki keunggulan yang lebih sebagai bahan baku farmasi dibandingkan sumberdaya darat. Masih banyak sumberdaya perikanan dan kelautan kita yang memerlukan sentuhan para pakar untuk menggali potensi dan mengolahnya menjadi bahan baku yang siap dihilirasikan dan dikomersialisasikan,” ungkap Dr. Ir. Fedinan Yulianda.
Dekan FPIK-IPB itu pun menambahkan, bahwa kerjasama FPIK IPB – Farmasi Militer UNHAN itu sangat penting. “Dalam kerjasama ini para pakar dapat saling mengisi kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi yang terkait dengan komoditi perikanan dan kelautan,” tambahnya.
MBKM – Bela Negara
Dilandasi permasalahan itu, FPIK IPB bersama UNHAN melakukan kerjasama dalam bidang farmakologi. Tujuannya adalah, untuk menemukan pengganti bahan baku impor dalam industri, terutama farmasi dan kosmetik, dengan pendekatan sumberdaya perikanan. Kerjasama ini meliputi proses hulu dan hilir dari pengolahan sumberdaya perikanan, dimana FPIK-IPB menyediakan hulunya dan UNHAN menyediakan hilirnya.
Menurut Prof. Dr. apt. Yahdiana Harahap, MS, penandatanganan kerjasama ini meliputi 3P yaitu; Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. “Dalam kerjasama ini UNHAN membuka 4 fakultas untuk dalam usaha kolaborasi dibidang farmasi,” ungkap Yahdiana dalam sambutannya. Dijelaskannya, bahwa kerjasama ini melibatkan dosen dan mahasiswa, dengan skema MBKM (Merdeka Belajar, Kampus Merdeka), dengan menitikberatkan pada Bela Negara.
“Kita berharap, dalam kegiatan ini kita akan saling membantu untuk mengeksplorasi senyawa kimia serta mencari pengganti bahan impor dari sumberdaya perikanan,” tambah Yahdiana. (Muhammad Ihsan Aparirama).
***Riz***
No comment