FENOMENA MENARIK LUMBA-LUMBA TELUK TOMINI

Oleh: Miftah Farid, S.Hut

Petualang dan Auditor Ekologi

Lumba-lumba disini sering mempertontonkan perilaku yang atraktif seperti melompat – lompat ke udara. Inilah salah satu yang begitu menakjubkan dari pertunjukan lumba-lumba di alam liar. Bayangkan, lumba-lumba beratraksi tanpa perintah manusia, di habitat aslinya, bersama kelompok alamiahnya, tanpa ada unsur paksaan apa lagi penyiksaan. Semua bergerak secara alami. Sungguh sensasi istimewa, kepuasan dan pengalaman berharga.

Ekowisata berbasis wildlife watching memang tidak seperti wisata di kebun binatang atau taman safari. Tidak ada jaminan bahwa anda akan menyaksikan satwa yang ingin anda lihat. Ekowisata wildlife watching yang baik apabila penyedia wisata mampu menginformasikan waktu dan titik lokasi tertentu dengan tingkat perjumpaan atau kemunculan spesies memiliki persentase kemungkinan yang tinggi. Hal ini tentu sangat bergantung pada studi literasi dan pengamatan yang tercatat dengan baik, karena pada dasarnya dalam kondisi normal satwa memiliki pola pergerakan berdasarkan waktu tertentu. Bagi orang yang senang terhadap Ekowisata berbasis wildlife watching, kondisi tersebut merupakan tantangan dan kelebihan tersendiri.

Keuntungan lokasi dan aksesibilitas

Teluk Tomini dikenal sebagai salah satu surga bagi para penyelam. Letaknya yang berada tepat di atas khatulistiwa menjadikannya kaya dengan terumbu karang dan makhluk hidup yang unik nan eksotis, salah satunya lumba-lumba. Teluk Tomini juga memiliki banyak  spot menyelam yang sangat terkenal seperti yang terletak di Gorontalo dan Pulau Togean. Artinya, teluk Tomini yang membentang di Sulawesi Tengah ini memiliki potensi wisata yang potensial untuk dikembangkan.

Di sepanjang pantai di sisi utara kecamatan Pagimana hingga ke Kecamatan Bunta, merupakan spot yang banyak ditemui aktifitas lumba-lumba pada waktu waktu tertentu. Jalur ini didominasi oleh pemandangan pantai. Disepanjang pantai ini pula membentang jalan lintas provinsi trans Sulawesi yang menghubungkan Luwuk, Pagimana hingga ke Poso serta terkoneksi ke seluruh Sulawesi Tengah. Tentu ini merupakan keuntungan tersendiri yang dapat dikembangkan dalam membangun pariwisata di Kabupaten Banggai. Bandara yang paling dekat dengan lokasi tersebut adalah bandara Syukuran Aminuddin Amir yang terletak di Kecamatan Luwuk dengan waktu tempuh menuju Kecamatan Pagimana sekitar 2 jam perjalanan darat.

Butuh Promosi Kreatif

Patut diakui bahwa ekowisata berbasis wildlife watching belum begitu populer di Indonesia. Atraksi umba-lumba lebih populer di masyarakat melalui sirkus di kolam pertunjukkan permanen maupun sirkus berpindah. Ekowisata berbasis wildlife watching juga masih terbatas pada kalangan tertentu seperti pelajar, peneliti, fotografer atau pemerhati lingkungan. Sehingga, pemasaran harus lebih ekstra diupayakan. Nilai lebih dari ekowisata ini selain menawarkan jasa wisata, ekowisata berbasis wildlife watching merupakan ekowisata ramah lingkungan yang sangat baik untuk dikampanyekan tanpa harus mengeksploitasi atau mengambil satwa dari habitat aslinya.

Hal ini selaras dengan trending mengenai industri 4.0, ekowisata ini dapat dikolaborasikan dengan kampanye terhadap perubahan iklim dan kepedulian lingkungan terutama pada ekosistem laut. Untuk tetap dapat menikmati pertunjukkan lumba-lumba di habitat aslinya, kita harus dapat meminimalisir perubahan iklim dan menjaga kelestarian ekosistem laut dengan menolak segala bentuk pencemaran serta eksploitasi berlebihan terhadap biota laut. Hal ini dapat menambah nilai jual yang dapat meningkatkan potensi wisata tersebut.

Ini tantangan menarik, perlu waktu dan butuh promosi kreatif. Kawasan teluk Tomini sendiri terutama pada wilayah seperti Gorontalo hingga ke Bitung berada pada jalur ekowisata yang sangat populer untuk turis lokal dan turis mancanegara. Masyarakat bersama stakeholder terkait termasuk pemerintah setempat harus bersinergi menjaga optimisme bahwa ekowisata ramah lingkungan suatu saat akan dapat menjadi komoditas unggulan untuk semua kalangan masyarakat.

Selain itu, pengembangan destinasi wisata  tentu harus dilakukan secara terpadu dengan tidak hanya terfokus untuk satu destinasi saja. Terdapat destinasi wisata lain yang juga perlu didorong agar berkembang secara bersamaan sehingga daya dukung pariwisata seperti kuliner, merchandise dan penginapan juga ikut berkembang. Adapun destinasi wisata lain yang dapat dikembangkan dan dipromosikan antara lain wisata snorkeling terumbu karang dan hutan mangrove.

Tantangan Ekosistem Laut Global

Diakui atau tidak, perlahan dampak lingkungan terhadap ekosistem laut terus terkuak tiada henti dari tahun ke tahun. Anda tentu masih ingat dengan kasus terdamparnya bangkai seekor Paus yang dalam perutnya penuh dengan sampah plastik. Ini merupakan tantangan serius, ekosistem laut yang sehat akan menjamin keberlangsungan semua biota hidup di dalamnya. Sebaliknya ketika ekosistem terganggu biota laut akan terpengaruh mulai dari keberlangsungan hidup individu dan kelompok, perilaku, hingga sebaran dan pola jelajah spesies-spesies tertentu.

Apabila keadaan terus memburuk, bukan tidak mungkin spesies laut seperti lumba-lumba akan berkurang di alam liar atau pola sebarannya dan jalur jelajahnya berubah atau bahkan berpindah. Seperti yang kita ketahui bahwa kesulitan dalam menjamin ekosistem laut lestari adalah kesadaran dalam perlindungannya harus diterapkan dalam semua aktivitas di seluruh dunia, tidak di satu negara saja. Aktivitas yang dapat mencemari ekosistem laut antara lain seperti limbah industri dan sampah rumah tangga serta pemanfaatan laut tanpa memperhatikan kelestarian.

Memang pembahasan ini terkesan jauh panggang dari api apabila melihat kondisi aktual di pesisir khususnya disepanjang luwuk hingga Pagimana, yang secara kasat mata relatif bersih dan terjaga. Namun, Ini merupakan tantangan ke depan yang patut diperhitungkan bila ingin mengembangkan ekowisata wildlife watching dengan objek Lumba-lumba. Konsekuensi minimalnya adalah masyarakat dan pemerintah setempat harus punya komitmen yang kuat untuk peduli terhadap lingkungan dalam skala kecil yang terkait limbah industri maupun limbah rumah tangga yang dapat mempengaruhi ekosistem pesisir sekitar.

SDM, Sarana dan Prasarana

Pengembangan destinasi pariwisata tentu harus memperhatikan pengembangan Sumber Daya  Manusia (SDM). Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata setempat perlu meningkatkan kapasitas SDM untuk dapat menopang pariwisata ini. SDM yang dibutuhkan antara lain Guide atau pemandu perlu mendapatkan pelatihan yang cukup. Sementara dalam hal sarana dan prasarana, lokasi yang berada di sepanjang pesisir Kecamatan Bunta dan Pagimana ini telah memiliki jalan trans Sulawesi dengan kondisi yang sangat baik tentu menjadi modal yang sangat berharga.

Kegiatan wildlife watching dapat dilakukan secara on the spot monitoring atau pengamatan pada titik tertentu sehingga harus tersedia lahan yang berada pada titik strategis agar dapat menampung wisatawan dengan pemandangan yang baik menghadap ke lautan dimana lumba-lumba melintas. Adapula pengamatan dilakukan dengan cara mengendarai speed boat atau perahu sehingga membutuhkan speedboat dan perahu yang memadai.

Masing masing cara dalam pengamatan memiliki kekurangan dan kelebihan. Beberapa penggiat wisata ini ada yang gemar sambil berkeliling dengan perahu dan ada pula yang lebih senang mengamati di titik tertentu. Peralatan yang dibutuhkan tidak serta merta seluruhnya harus disediakan oleh penyedia wisata, karena biasanya wisatawan yang menggemari kegiatan ini sudah mempersiapkan peralatannya masing masing seperti binokuler atau monokuler (teropong), tripod, kamera dan lain lain.

Peran Stakeholder Terkait

Dalam tahap memulai atau pengembangan ekowisata berbasis wildlife watching, perlu didukung secara kolaboratif oleh pihak pihak terkait. Parapihak yang penting antara Pemerintah provinsi, kabupaten, kecamatan, masyarakat sekitar hingga tenaga ahli yang mumpuni dalam wildlife watching khususnya terkait spesies lumba-lumba. Tenaga ahli tersebut dapat berasal dari Pemerintahan terkait, NGO, Universitas, Akademisi ataupun penggiat wildlife watching itu sendiri.

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata ini. Semua komponen masyarakat mempunyai hak yang sama untuk mengambil peran dalam jasa pariwisata antara lain sebagai guide, penyedia lahan titik pemantauan, penyewaan peralatan, jasa speedboat atau perahu atau bahkan kuliner, merchandise dan penginapan. Dalam pembangunan ekowisata hendaknya masyarakat lokal sekitar memiliki peran strategis agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dimana destinasi tersebut berada.

Aktifitas Lumba-lumba

Fenomena menarik lumba – lumba di pesisir Pagimana biasanya muncul pada pagi hari dan bergerak menuju lautan lepas sekitar pukul 05.30 WITA hingga 07.00 WITA. Lumba-lumba akan kembali menuju teluk di pesisir Pagimana pada sore hari sekitar pukul 17.00 WITA hingga 18.00 WITA. Selain dalam kurun waktu tersebut, sesekali lumba-lumba muncul pada siang hari.  Ini sungguh menarik. Dengan informasi seperti ini potensi perjumpaan lumba-lumba bisa lebih besar. Tentu dibutuhkan data lebih banyak.

Berdasarkan pantauan selama kurang lebih 5 hari pada bulan November tahun 2019, terpantau perjumpaan selama 5 hari berturut-turut pada pagi dan sore hari dengan jumlah kelompok antara 2 hingga 4 kelompok per hari. Sementara jumlah individu per kelompok terpantau antara 4 hingga 8 individu. Jarak antara lumba-lumba dengan pantai yang paling dekat bisa mencapai 5-10 meter. Kondisi kontur dasar laut yang mendukung di beberapa spot memungkinkan lumba dapat mencapai jarak tersebut.

Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, perjumpaan dengan lumba-lumba merupakan hal yang sangat lumrah. Namun masyarakat belum mampu menginformasikan waktu terbaik untuk dapat mendapatkan perjumpaan tertinggi. Sehingga hal ini menjadi pekerjaan rumah sebagai dasar dalam membangun ekowisata berbasis wildlife watching. Masyarakat dapat berperan untuk mengenali perilaku lumba-lumba minimal pola aktifitas kapan waktu terbaik secara akurat untuk menawarkan ekowisata tersebut. Bisa jadi ini adalah sebuah potensi besar untuk dikembangkan. Pengembangan wisata ini memiliki beberapa tantangan menarik dan mengesankan.

***MRi***

 

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *