Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan teknologi bioimaging menjadi peluang dalam penelitian tumbuhan, termasuk untuk mempelajari kemampuan adaptasinya.
HUTAN gambut diagung-agungkan karena perannya dalam menjaga keseimbangan iklim global. Kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar membuat upaya pelestariannya menjadi agenda penting dalam berbagai perjanjian iklim internasional.
Namun sayang, kelestariannya terancam oleh aktivitas alih fungsi lahan dan kebakaran hutan.
Di Indonesia, kebakaran lahan gambut tampaknya terus terjadi. Peristiwa ini rentan terjadi pada ekosistem gambut yang telah rusak.
Dilansir dari Tropenbos Indonesia, kebakaran umumnya terjadi pada bulan kemarau, khususnya Agustus dan September, terutama saat kejadian El-Nino pada tahun 2015, 2019, dan 2023.
Teknologi Baru
Penanaman akasia di lahan gambut tak jarang dianggap menjadi solusi karena mudah tumbuh dan dapat memberi banyak keuntungan secara ekonomi. Namun, penanaman akasia seringkali dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi lahan gambut.
Walaupun dapat tumbuh dan bertahan hidup pada lahan gambut, akasia tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap karakteristik lahan gambut. Kandungan lignin yang tinggi pada akasia membuat tanaman ini sulit terdekomposisi dan mudah terbakar sehingga kurang baik bagi ekosistem gambut.
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah mempelajari spesies tumbuhan asli yang telah beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan gambut.
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan teknologi bioimaging menjadi peluang dalam penelitian tumbuhan, termasuk untuk mempelajari kemampuan adaptasinya.
Bioimaging adalah teknologi yang mampu memvisualisasikan objek biologis sehingga para ilmuwan dapat mengamati proses penyerapan air dan nutrisi dari lahan gambut. Dengan memahami mekanisme adaptasi tumbuhan gambut asli, diharapkan kedepannya dapat dengan mudah memilih spesies yang tepat dalam rancangan strategi restorasi gambut.*
(Alya Raisa)
No comment