Kiprah peduli penghijauan oleh sebuah perusahaan otomotif, telah berdampak positif terhadap berbagai sisi kehidupan di pesisir Karawang, mulai dari mitigasi abrasi pantai hingga ekowisata dan perekonomian masyarakat.
BERKUNJUNG ke Pesisir Karawang – Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cilebar, nuansa bentang alam indah menyapa. Di sini, hamparan sawah –dengan padi menghijau selepas mata memandang– berpadu dengan deburan ombak laut Jawa (Pantura).
Batas pertemuan antara sawah menghijau dengan pesisir samudera itu hanyalah seruas jalan kecil. Awalnya terlihat sebagian pantai ter-abrasi, berlumpur, serta air laut yang keruh. Lalu tak jauh kemudian, hutan mangrove menghijau pun menyapa mata.
“Selamat Datang di Kawasan Hutan Mangrove Karawang – Toyota Forest Pantai Desa Pusaka Jaya”.
Beberapa jenis mangrove, terutama Avicinea dan Rhizopora rimbun menghijau. Memberi kesan sejuk, meski sedikit terusik oleh sampah ‘kiriman’ dari laut di sejumlah tempat.
Kepedulian Toyota
Dikisahkan Ndang Akbar Maulana, pemuda yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dusun Sukamulya, Desa Pusaka Jaya – Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang – Jawa Barat, bahwa penanaman mangrove di lokasi itu bermula pada tahun 2014.
“Pada tahun 2014, bersama Toyota, kami menanam 260 ribu bibit mangrove. Dilanjutkan pada tahun 2017 sebanyak 70 ribu, 2018 sebanyak 80 ribu pohon bibit mangrove. Lalu pada tahun 2019 secara swadaya, masyarakat 52 ribu pohon bibit mangrove,” tutur Ndang kepada GI.
Hal tersebut, seperti dikatakan Ndang, karena manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan mangrove. “Masyarakat sudah merasakan dampak penghijauan pantai dengan mangrove yang diinisisasi bersama Toyota ini. Akhirnya mereka bergerak swadaya menanam mangrove, termasuk menyediakan benihnya,” jelasnya saat ditemui GI kemarin (Minggu, 26/03).
Dijelaskan Ndang, bahwa selain melakukan penghijauan dengan penanaman mangrove, juga dibangun trek wisata dan beberapa sarana pelengkap wisata lainnya. Alhasil, kawasan hutan mangrove di pesisir Karawang tersebut sempat ramai dikunjungi.
“Ramainya kunjungan wisata ke sini terjadi antara tahun 2018-2019 , sebelum Covid. Banyak wisatawan dari sekitar Karawang, Bekasi, Jakarta berkunjung. Bahkan ada yang membuat foto pra wedding juga,” kisah Ketua Pokdarwis Sukamulya itu.
“Dengan harga tiket masuk Rp 5000,-, setiap pengunjung kita kasi bibit mangrove. Kami persilahkan mereka menanam,” tambahnya.
Terus Berkembang
Pokdarwis Sukamulya, memiliki anggota 30 orang. Diantaranya, yang aktif 15 orang. “Tapi kalau ada penanaman, ramai warga yang ikut,” imbuh Ketua Pokdarwis Sukamulya.
Dikatakannya, bahwa sebelum adanya penghijauan pantai dan pengembangan wisata hutan mangrove, dulu lokasi ini adalah sentra tambak udang perusahan besar, termasuk yang dikelola oleh perusahaan Korea.
Pada tahun 2019 sempat terjadi musibah akibat bocornya sumur minyak Pertamina di Kecamatan Cilamaya, sekitar kurang dari 10 km dari pantai Cilebar.
“Air laut tercemar oil spill (gumpalan minyak mentah), ikan-ikan mati. Bahkan mangrove yang sudah kita tanam dengan dukungan pembiayaan dari CSR-Toyota mati. Jumlahnya ratusan ribu pohon,” kisah Ndang.
Oil spill ialah gumpalan minyak mentah yang keluar dari sumur minyak.
Insyaf atas kasus itu, Pertamina pun mengganti kerugian akibat tercemarnya air laut pada tahun 2019 tersebut. Terbukti, saat GI berkunjung ke Pesisir Cilebar, kemarin tadi (Minggu, 26/03), terlihat kebun pembibitan mangrove – Pertamina.
Menurut Ketua Pokdarwis Sukamulya, pihak Pertamina telah menyediakan bibit mangrove untuk ditanam di lokasi tersebut sebanyak 32 ribu pohon.
“Sebenarnya itu masih kurang jauh, yakni tak kurang dua ratusan ribu lebih mangrove yang mati akibat cemaran bocoran bahan minyak mentah dari sumur milik Pertamina di Cilamaya beberapa tahun lalu itu,” tutur Ndang Akbar Maulana.
***Riz***