Sasi adalah aturan adat yang melarang pengambilan hasil hutan dan laut dalam periode tertentu guna menjaga keseimbangan ekosistem.

DESA Tutukembong terletak pada koordinat 7.5177°S, 131.6622°E, Pulau Tanimbar – Provinsi Maluku. Di sini tradisi leluhur dipertahankan. Warga desa pun hidup selaras dengan alam.
Warga Desa Tutukembong, seperti pengamatan GI saat berkunjung ke daerah tersebut beberapa waktu lalu, memegang teguh nilai-nilai adat yang diwariskan turun-temurun. Salah-satu diantaranya ialah tradisi Sasi.
Sasi adalah aturan adat yang melarang pengambilan hasil hutan dan laut dalam periode tertentu guna menjaga keseimbangan ekosistem.
Di desa ini, Adat Duan Lolat, yakni tradisi dalam pernikahan juga tetap dijunjung tinggi. Ritual itu bermakna bukan hanya sebagai penyatuan pasangan, tetapi juga mempererat hubungan antara keluarga besar.
Selain itu, warga Tutukembong masih menjalankan ritual Orang Tuatua, yaitu doa khusus kepada leluhur sebagai penghormatan dan penyambutan tamu dari luar desa.
Bersahabat dengan Alam
Meskipun tidak memiliki situs atau area keramat yang dikenal secara luas, kehidupan masyarakat tetap erat dengan alam. Tradisi berburu masih dilakukan sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pangan, dengan warga memburu babi, musang, kuskus, dan burung di hutan sekitar.
Selain itu, kayu bakar masih menjadi sumber utama untuk memasak, sementara kayu dari hutan sekitar atau yang dibeli dari desa tetangga digunakan sebagai bahan bangunan rumah.
Dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, masyarakat mengandalkan hasil pertanian yang mereka kelola sendiri. Beras dan sayur-mayur menjadi bahan pokok yang ditanam di kebun-kebun warga.
Sementara peternakan dilakukan dalam skala kecil, seperti babi, ayam, dan bebek, menjadi sumber protein tambahan bagi masyarakat. Pekarangan rumah juga dimanfaatkan dengan menanam bunga hias, tembakau, dan jambu, yang tidak hanya memberikan keindahan tetapi juga nilai manfaat ekonomi.
Nurak Rawung
Keberadaan Sungai Nurak Rawung menjadi salah satu sumber air penting bagi masyarakat desa. Airnya yang mengalir alami dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk konsumsi maupun aktivitas lainnya. Dalam hal kesehatan, warga bergantung pada pusat kesehatan terdekat seperti pustu dan puskesmas untuk mendapatkan perawatan medis dan obat-obatan.

Dengan tradisi yang tetap hidup dan hubungan yang erat dengan alam, Desa Tutukembong menjadi bukti bagaimana masyarakat dapat menjaga keseimbangan antara warisan leluhur dan keberlanjutan lingkungan. Di tengah arus modernisasi, desa ini tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang diwariskan, menjadikannya contoh nyata kehidupan yang harmonis dengan alam.* (FA Kartono)
No comment