Tiga Rekomendasi untuk Pertanian Padi

Terkait isu perubahan iklim, seorang ahli dari ITB menyarankan tiga rekomendasi utama untuk adaptasi di sektor pertanian padi.

DOSEN dan Peneliti Pangan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – Institut Teknologi Bandung (ITB), Angga Dwiartama, menyatakan khawatir dengan sistem pangan Indonesia, khususnya padi. “Sistam pangan kita sangat ringkih terhadap guncangan seperti El Niño,” ungkapnya pada sebuah Diskusi terkait perubahan iklim awal Maret lalu.

Dalam Siaran Pers yang dikirim ID Comm ke Redaksi GI, Angga mengingatkan, bahwa El Niño sebagai sebuah siklus iklim, dan bila dikaitkan dengan fenomena perubahan iklim ke depan, mungkin terjadi El Niño dan La Nina dengan potensi intensitas yang lebih besar.

Rekomendasi Adaptasi

Menurutnya, berpikir ‘business as usual’ dalam produksi pangan  harus ditinggalkan, demi upaya mengantisipasi krisis iklim dan beralih ke arah keberlanjutan pangan. Selanjutnya Ia menyarankan tiga rekomendasi utama untuk adaptasi perubahan iklim dalam sektor pertanian padi.

Pertama, pemerintah harus membangun infrastruktur lokal yang sesuai dengan karakteristik sosio-ekologis setiap wilayah. Sentralisasi produksi pertanian harus dihindari, dan infrastruktur yang tangguh harus dibangun sesuai dengan sistem ekologis-sosial setempat.

Kedua, dengan mayoritas petani padi Indonesia termasuk dalam kategori petani gurem yang rentan terhadap guncangan, pemerintah harus meningkatkan akses mereka terhadap sumber daya pertanian yang mencukupi, seperti lahan, air, dan sarana produksi.

Ketiga, penguatan kapasitas masyarakat pedesaan secara luas melalui praktik adaptasi perubahan iklim juga penting. “Masyarakat pedesaan tidak hanya tentang pertanian, dan pemahaman yang lebih luas tentang strategi penghidupan dan praktik adaptasi perubahan iklim di pedesaan dapat memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap perubahan iklim,” tuturnya.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia