Ruak-ruak: Yang Langka, Yang di Kuliner

Di Pelalawan, Riau, terutama pada kawasan berawa-rawa, burung ini sangat mudah ditemukan. Jumlahnya di alam liar masih sangat banyak.

KRUAKKK, kruakkk… Di balik pagar, di bawah pohon sawit dan rawa-rawa, suara itu riuh terdengar oleh GI sembari menyeruput kopi pagi di Pangkalan Lesung, Pelalawan – Riau belum lama ini. Saat memasuki sebuah Rumah Makan Padang, masih di kawasan itu, terlihat pula tumpukan goreng burung dilumuri sambal merah.

“Itu ruak-ruak balado. Satunya lima belas ribu,” ucap si pemilik rumah makan Minang yang biasa dipanggil ‘Ajo’ tersebut. Kepada GI dikatakannya, bahwa menu burung liar itu tidak selalu ada. “Hanya satu kali dalam seminggu,” jelas Ajo sembari menambahkan, bahwa burung itu didapatkan dengan dijala.

Burung Air

Di Pelalawan, terutama pada kawasan berawa-rawa, burung ini sangat mudah ditemukan. Jumlahnya di alam liar masih sangat banyak.

Ruak-ruak (Amaurornis phoenicurus) adalah spesies burung yang masuk dalam famili Rallidae. Nama lainnya adalah koreo padi dan lain-lain.

Dikutip dari Wikipedia, burung ini tersebar di India, China selatan, Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.

Namun, burung ini juga bisa ditemukan di sepanjang pesisir Lumajang, Jawa Timur, Banyumas, Jawa Tengah atau bisa juga di Provinsi Aceh. Biasanya burung ini hidup di rawa, sawah, hutan bakau, parit-parit di tepi jalan, dan tentunya di lahan-lahan yang berbau basah serta berair.

Karena lahan basah serta berair yang sering ditempati, maka burung ini dimasukkan dalam kategori water bird alias  burung yang mempunyai habitat di tempat berair. Selain hidup di alam bebas, burung kareo padi juga ada yang sengaja dilindungi.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia