Pernah dengar cerita soal mangrove yang bisa menyelamatkan jiwa dari badai laut? Mungkin terdengar seperti dongeng, tapi ternyata ini fakta yang sudah terbukti di lapangan.
LAUT bisa berubah jadi “monster”. Terkadang bisa mengamuk, menghempaskan gelombang besar. Atau menghembuskan badai yang merobohkan bangunannya sekalian. Di pesisir, ini bukan sekadar ancaman, tapi kenyataan yang mengintai saban tahun.
Di tengah ancaman itu, mangrove hadir bukan sekadar tanaman pinggir laut. Ia adalah ‘sabuk hijau penyelamat jiwa’.

“Mangrove mampu menahan laju gelombang, meredam kekuatan angin, bahkan melindungi perkampungan dari terkikisnya daratan. Jika badai laut datang menghantam, kampung di balik hutan mangrove punya peluang lebih besar untuk selamat,” tutur Dr. Dadan Mulyana, Ahli Ekologi Hutan dari IPB University.
hal tersebut dikatakannya dalam sebuah potcast di Cedar TV yang sudah tayang sejak beberapa waktu lalu. “Kita bisa belajar dari peristiwa dahsyat seperti tsunami Aceh. Di tengah kehancuran masif, ada desa-desa yang selamat,” ungkap Dadan.
Apa yang melindungi mereka? Ternyata, hutan mangrove. Lebih dari 90% penduduk desa yang berada di balik hutan mangrove berhasil selamat. Ini bukan sekadar kisah heroik alam. Ini bukti nyata.
Mangrove bukan cuma urusan lingkungan. Ia punya fungsi perlindungan jiwa, bahkan bisa disebut sebagai bagian dari pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).
Menurut Dadan, jenis mangrove seperti Rhizophora punya akar tunjang kuat yang keluar dari batang dan menghujam tanah. “Bayangkan saja, tripod kamera yang kita pakai saja bisa kokoh berdiri, apalagi mangrove, yang punya “multipod” alami,” jelas Dadan.
“Bersama jenis lain seperti Sonneratia dan Avicennia, akar-akar mereka saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Hasilnya, benteng alam yang sangat tangguh,” tambahnya.
Ketahanan Nasional
Dikatakannya pula, kalau mangrove bisa menjaga wilayah pesisir dari kehancuran, bukankah ini juga bentuk nyata dari upaya mempertahankan kemerdekaan? “Ini bukan hanya secara simbolik, tapi nyata—melindungi tanah air dan kehidupan warganya dari bencana ekologis,” imbuhnya.
dikatakan Dadan, bahwa mangrove bukan hanya hutan, tapi juga penjaga kehidupan. Ia diam, tapi berjasa. Sudah waktunya kita lebih peduli, lebih banyak menanam, dan lebih sering menyuarakan pentingnya sabuk hijau ini, untuk hari ini, dan masa depan.
***Bakry/Riz***
No comment