Dalam sebuah outlook 2025 beberapa waktu lalu dikatakan PLTS akan tumbuh pesat di Indonesia. Benarkah? Ini positif dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.

SAAT ini sebagian besar produksi energi listrik di dunia menggunakan batu bara dan sumber daya alam yang berdampak pada emisi karbon. Fenomena ini dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global. Penggunaan energi baru diangap menjadi solusi dalam mencegah efek terburuk dari kenaikan suhu.
Seperti dilansir GI dari berbagai sumber, pemerintah tampaknya optimis, target pencapaian bauran energi nasional dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.
Harapan 2025
Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO) 2025, menyoroti peran krusial PLTS dalam meningkatkan ketahanan energi Indonesia. Dalam laporannya yang dipublikasikan beberapa waktu lalu, GI mengutip; bagaimana PLTS dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil, meningkatkan keandalan pasokan listrik, dan mengatasi tantangan perubahan iklim.
ISEO 2025 juga memberikan rekomendasi kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan PLTS yang berkelanjutan.
Bauran Energi
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi tertinggi tahun 2023 masih didominasi Batubara (40,46%), Minyak Bumi (30,18%), Gas Bumi (16,28%), EBT (13,09%).
Dikatakan, bahwa prosentase energi baru terbarukan (EBT) meningkat 0,79% sehingga menjadi 13,09% pada tahun 2023 lalu.
Dikatakan pula, bahwa solar technology diprediksi akan mencapai efisiensi hingga 45% pada tahun 2025. Hal ini merupakan peningkatan dari efisiensi saat ini sekitar 22%. Potensi energi surya di Indonesia sangat besar karena negara ini terletak di wilayah tropis dengan paparan sinar matahari yang kuat sepanjang tahun.
PLTS Atap?
PLTS Atap adalah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan panel surya yang dipasang di atap rumah atau bangunan untuk mengonversi sinar matahari menjadi energi listrik. Teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang semakin menipis, tetapi juga mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Penggunaan PLTS Atap sangat sesuai dengan upaya Indonesia dalam mencapai target energi terbarukan, yang menargetkan 23% dari total konsumsi energi pada tahun 2025.

Dengan meningkatnya harga listrik dan kebutuhan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, banyak orang mulai beralih ke PLTS Atap sebagai alternatif yang lebih efisien dan berkelanjutan. (Dari berbagai sumber).
**Riz**
No comment