Oleh : Nurhaedah Muin dan Wahyudi Isnan*)
PEMANASAN global dan perubahan iklim, kini semakin merajalela. Keduanya saling berkaitan, bak dua sisi mata uang.
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata pada permukaan bumi meliputi atmosfer, bumi dan lautan. Sedangkan perubahan iklim merupakan perubahan dalam pola cuaca dan iklim di bumi selama periode waktu yang panjang. Kejadiannya mencakup kenaikan suhu udara, pola hujan, musim dan banyak aspek lainnya.
Seperti disebutkan tadi, antara pemanasan global dan perubahan iklim memiliki keterkaitan yang erat. Pemanasan global merupakan salah satu penyebab perubahan iklim.
Pemanasan global yang telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-20, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia. Diantaranya pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
Deforestasi berupa penebangan hutan untuk penggunaan lahan non hutan seperti pertanian, peternakan, perkebunan dan lainnya menghasilkan emisi. Ketika pohon ditebang, pohon melepaskan karbon yang telah tersimpan.
Di sisi lain, pohon yang ada di hutan menyerap karbon. Jika tidak ada pohon kemampuan alam untuk menyerap karbon akan berkurang bahkan hilang.
Manusia sebagai mahluk yang diberi kemampuan logika, harus sadar, bahwa kepentingan hidupnya terkait dengan kehidupan mahluk hidup lain. Untuk itu, diperlukan informasi dan pengetahuan terkait pemanasan global agar masyarakat dapat mengambil peran di dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Dampak Pemanasan Global
Peningkatan suhu global memiliki dampak yang serius, termasuk peningkatan suhu udara dan permukaan laut, perubahan pola cuaca yang ekstrem, naiknya permukaan laut. Tidak hanya itu, ekosistem yang terganggu akan memicu terjadinya bencana alam, seperti banjir, angin puting beliung, kekeringan dan sebagainya. Tentunya, semua itu mengancam kehidupan mahluk di muka bumi.
Pemanasan global berdampak merebaknya penyakit pernafasan. Penyebabnya ialah polusi udara dan gas berbahaya yang terhirup oleh manusia dan meningkatkan resiko terjadinya penyakit pernafasan.
Beberapa penyakit menular pun mengancam. Hal ini disebabkan perubahan pola suhu dan curah hujan yang berakibat pada peningkatan jumlah dan luas penyebaran hewan pembawa penyakit, terutama di daerah tropis seperti halnya Indonesia. Seperti demam berdarah misalnya.
Penyakit mental pun bisa timbul. Mengapa tidak? Bencana seperti badai, banjir, kekeringan dan gelombang panas dapat memicu terjadinya stress dan kecemasan akibat ketidakpastian mata pencaharian dan gagal panen seperti nelayan dan petani.
Pemanasan global mengakibatkan musim hujan yang tidak menentu dan musim tanam sulit diprediksi demikian pula musim dan produksi panen. Hal ini berdampak pada ketersediaan cadangan pangan bagi penduduk, pemenuhan gizi serta ketersediaan lapangan kerja yang dapat menimbulan tekanan mental.
Lalu bagaimana dampak pemanasan global terhadap tumbuhan dan hewan?
Perubahan suhu global dapat mempengaruhi siklus air serta kelembaban udara. Dampaknya; pertumbuhan dan laju produktivitas terhambat.
Tumbuhan dan hewan memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan. Selain itu, beberapa jenis fauna juga mengalami pergeseran dalam reproduksi dan pertumbuhan akibat perubahan iklim.
Salah satu kasus yang dicontohkan Lubis (2011) adalah migrasi burung yang terjadi lebih awal dari waktunya. Hal ini berakibat terganggunya proses reproduksi, karena telur tidak terbuahi.
Kelangsungan hidup tanaman budidaya juga dipengaruhi oleh perubahan iklim dengan adanya dinamika populasi hama dan musuh alami yang pada akhirnya berdampak juga kepada manusia yaitu ketersediaan pangan menjadi terancam karena ketidakpastian produksi tanaman.
Mari Merawat Bumi
Pemanasan global memang tidak bisa dicegah, namun hal dapat diperlambat. Caranya ialah dengan pengembangan teknologi berwawasan lingkungan. Disamping itu, jalankan prinsip daur ulang, serta efeisiensi penggunaan sumberdaya alam dengan menggunakan kembali barang yang masih bisa dimanfaatkan.
Beberapa aktivitas manusia selama ini terkadang dianggap biasa dalam kehidupan sehari hari. Alhasil, tanpa disadari, ternyata merupakan bagian dari penyebab pemanasan global. Aktivitas tersebut antara lain penggunaan plastik saat berbelanja, penggunaan pendingin ruangan, berkendara, penggunaan tissu, dan menyalakan listrik setiap hari.
Meskipun hal tersebut menjadi kebutuhan hidup, tetapi paling tidak, dalam prakteknya dapat dilakukan efisiensi. Untuk itu, masyarakat perlu diedukasi dan didorong agar peduli pada pengendalian perubahan iklim lewat aksi-aksi mandiri dan energi bersih dalam kehidupan sehari hari yang dapat dimulai dari lingkungan sekitar.
Peran serta masyarakat
Tak dapat disangkal lagi, bahwa perubahan iklim merupakan fenomena global yang berdampak pada kehidupan seluruh mahluk di bumi. Untuk itu, diperlukan keterlibatan multipihak pada berbagai level masyarakat.
Masyarakat sebagai pelaku pembangunan, menjadi penentu keberlanjutan lingkungan. Maka wajar, jika faktor sosial budaya memegang peran penting. Berbagai hal dapat dilakukan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.
Peran serta masyarakat dapat dimulai pada skala terkecil, yaitu keluarga. Caranya ialah dengan membudayakan aksi peduli lingkungan secara berkesinambungan. Diantaranya; mengurangi frekuensi penggunaan kendaraan pribadi dan mengoptimalkan transportasi umum, dan memakai peralatan yang hemat energi.
Gunakan dan atur suhu ruangan secara efisien. Maksimalkan penggunaan jendela dan ruang terbuka untuk memperlancar siklus udara, serta mematikan perangkat elektronik ketika selesai digunakan atau tidak terpakai. Disamping itu, budayakan hemat dan tidak boros dalam penggunaan air, termasuk untuk mandi dan mencuci.
Kebiasaan menghijaukan lingkungan pun dapat dimulai pada skala rumah tangga. Misalnya dengan menanam pohon pada lahan yang tersedia di sekitar rumah, atau dengan menggunakan pot. Tanaman di sekitar rumah selain berfungsi sebagai penghalang debu sekaligus sebagai penyerap karbondoiksida.
Cara lain ialah dengan mengurangi penggunaan plastik ketika berbelanja. Upayakan pula mengolah limbah plastik menjadi produk kerajinan rumah tangga.
Budayakan tidak membuang sampah sembarangan. Pilah sampah basah dan kering, serta kumpulkan masing-masing dalam wadah tertentu. Hal ini, selain ikut serta dalam upaya penyelamatan lingkungan sekaligus dapat menambah pundi-pundi dengan menyetorkan di bank sampah terdekat.
Giatkan pula sosialisasi terkait peduli lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga dan tetangga, serta komunitas lokal seperti kelompok olah raga dan keagamaan.
Dengan mengetahui informasi penyebab dari kerusakan lingkungan serta dampak yang ditimbulkan, dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup secara mandiri.
Intinya, peran serta masyarakat merupakan salah satu kunci dalam menjaga lingkungan. Upaya penyelamatan lingkungan perlu dilakukan secara bersama-sama dengan cara yang berkesinambungan.
Kerja sama antara individu, komunitas dan pemerintah dapat menjadi kekuatan dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim sekaligus menjaga bumi untuk generasi mendatang.
*)Peneliti pada Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN