Menyusuri Telagasari Nan Asri

Perputaran kincirnya yang kemudian menghasilkan listrik dimanfaatkan untuk menyalakan radio serta lampu di saung sawah.



KALI ini tim GI kembali ke pegunungan, tepatnya di Kecamatan Banjarwangi, Garut. Area kerja kali ini masuk ke dalam Desa Telagasari, suatu desa asri di kaki pegunungan.

Bentang Alam
Bentang alam di sini didominasi sawah. Air yang melimpah menjadi salah satu alasannya. Sawah ditemukan di permukaan landai di kaki-kaki gunung dan bukit.
Pada lereng yang lebih curam, masyarakat melakukan  praktik pertanian campuran. Biasanya dengan melakukan penanaman kombinasi tanaman musiman seperti jagung serta kapol dengan tegakan penghasil kayu macam suren dan sengon.
Sementara di bibir bukitnya, banyak ditemukan pohon pinus. Pohon pinus ini dimanfaatkan masyarakat dengan memanen getahnya. Lalu pada lereng-lereng curam yang tidak diolah, masyarakat menanam bambu sebagai cara antisipasi menghindari tanah tererosi dan longsor.

Komoditas Aren
Salah satu tanaman yang paling banyak dijumpai di sini adalah pohon Aren. Aren merupakan salah satu komoditas yang menjadi andalan di sini.
Aren banyak tumbuh di lahan warga, biasanya dikombinasikan dengan tegakan lain seperti sengon, kayu afrika, atau suren. Tinggi pohonnya kebanyakan 10 meter atau lebih dengan diameter di atas 30 cm.
Saat melakukan survey, GI banyak menemui pohon aren dengan bambu panjang yang dilubangi untuk memamen aren. Selain itu juga alat menyerupai tabung terbuat dari bambu yang digunakan masyarakat untuk menyimpan aren.

Kincir Angin dan Kincir Air
Dua hal unik GI temukan di sini, yaitu adanya kincir air dan kincir angin. Walaupun sama-sama berupa kincir, keduanya dimanfaatkan untuk hal berbeda. Masyarakat setempat menyebutnya kolecer adalah kincir angin sederhana yang terbuat dari kayu dan bambu. Diujungnya biasa diberikan penanda entah dari kain berwarna atau plastik.


Kincir angin ini dijelaskan warga sebagai mainan. Mereka membuat ini sebagai hiburan, menikmati perputaran baling-balingnya saat angin lewat.

Adapun kincir air, masyarakat buat untuk memasok kenutuhan listrik. Kincir air ditempatkan di salah satu aliran sungai. Perputaran kincirnya yang kemudian menghasilkan listrik. Mereka memanfaatkan listrik yang dihasilkan untuk menyalakan radio serta lampu di saung sawah.**

(Aslam)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *