Di sini, warga desa masih memegang erat warisan leluhur dan hidup selaras dengan alam. Ekosistemnya lestari; manusia, flora dan fauna berdampingan dalam harmoni kehidupan.

SEBUAH desa di Pulau Tanimbar – Maluku, tampaknya dapat menjadi ‘potret’ desa-desa dengan ekosistem yang harmonis – antara manusia, tumbuhan di hutan, serta beragam fauna. Inilah Makatian, desa sekitar hutan di pulau yang kaya biodiversity tersebut, terutama burung-burung nan indah.
Di sini, warga desa masih memegang erat warisan leluhur dan hidup selaras dengan alam. Makatian, desa yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal, menyuguhkan harmoni antara manusia dan lingkungan sekitarnya.
Salah satu adat yang masih dijunjung tinggi adalah Sasi, yaitu aturan sakral yang melarang pemanfaatan sumber daya alam dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya demi menjaga keseimbangan ekosistem.
Selanjutnya; Duan Lolat, yaitu tradisi perkawinan khas setempat, menjadi simbol penyatuan dua keluarga besar dalam ikatan erat. Tak kalah sakral, ialah tradisi Orang Tua-tua, yakni sebuah ritual doa dan persembahan kepada leluhur yang dilakukan ketika menerima tamu dari luar desa.
Selaras Alam
Di tengah semua ini, Sungai Makatian mengalir tenang, menjadi nadi kehidupan bagi warga. Lebih dari sekadar sumber air, sungai ini adalah saksi bisu perjalanan panjang budaya dan tradisi yang tetap dijaga dengan penuh kebanggaan.

Makatian bukan sekadar desa biasa, tetapi cerminan kehidupan yang selaras, dengan alam dan warisan leluhur yang terus hidup di hati masyarakatnya.*
(FA Kartono, Aji)
No comment