Liberika: ‘Kopi Konservasi’ dengan Rasa Istimewa

Ada yang mengutamakan rasa (pahit, kuat dan kental), ada juga yang suka semerbaknya aroma. Pada kopi liberika, dua kutub tersebut bertemu dalam satu seruputan. Meski demikian, soal rasa, penikmat kopi punya penilaian masing-masing.

SOAL selera, masing-masing penikmat kopi tentu berbeda. “Saya suka kopi merek …. karena rasanya kuat dan kental. Walau sedikit pahit, tapi disitulah letak seninya…,” tutur Deni, penikmat kopi di Puncak Dua Bogor. Sementara teman GI lain mengatakan lebih memilih aroma, walau rasa agak ringan dan sedikit asam.

“Ada juga merek kopi yang dapat dua-duanya, tapi kurang kental dan kuat. Jika diseduh dua bungkus dalam satu cangkir, manisnya berlebihan. Seperti kolak,” kelakar Deni lagi.

 Entah kenapa. Padahal, secara umum, di Indonesia hanya ada tiga jenis kopi yag ditanam petani, yakni Robusta, Arabika dan Liberika. Untuk yang disebutkan terakhir jumlahnya tidak begitu banyak.

Kopi Liberika

Memang, seperti dilansir dari berbagai sumber, dikatakan bahwa tiga jenis kopi tersebut memiliki karakteristik yag berbeda. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak hanya itu, lokasi tempat tumbuhnya pun berpengaruh terhadap rasa dan aroma.

Kopi Gayo (Aceh), Kopi Lampung, atau Kopi Sukawangi Bogor, bagi para penikmat kopi tentu bisa membedakannya. Namun, menurut seorang teman GI (Deni), terkadang orang suka karena sudah terbiasa dicekoki rasa dari merek kopi kemasan tertentu. “Begitu disajikan kopi merek lain rasanya kurang berkenan di lidah,” ungkapnya.

Namun kedua rasa dan aroma, seperti disebutkan diawal tadi, bisa bersatu dengan pencampuran (blending) saat pengolahan. Utamanya pencampuran antara robusta dengan arabika.

Atau pilihan lain, yang tampaknya cukup diterima para penikmat ialah kopi liberika. Aroma yang dihasilkan dari liberika berbeda dengan kopi robusta dan arabika. Kopi jenis ini memiliki karekteristik khas dan otentik yang dapat membuat para pecinta kopi rindu akan citarasanya.

Aromanya lebih tajam. Rasanya pun lebih kental dan sedikit pahit. Dengan demikian, dua karakter (robusta – arabika) seolah bertemu dalam kopi liberika. Namun sekali lagi, ini soal rasa, dimana para penikmat kopi punya penilaian masing-masing.

Kopi liberika dikenal juga sebagai ‘kopi gambut’. Karena bisa tumbuh dengan baik di lahan gambut. Bahkan kehadirannya diharapkan bisa sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan (‘kopi konservasi’), terutama di kawasan gambut.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia