Grey Water Untuk Pola Konsumsi Air Berkelanjutan

Oleh: Muhamad Yusup Hidayat*)

Air cucian beras dan air hujan merupakan sumber air potensial untuk memenuhi kebutuhan di tengah isu krisis air yang akan melanda kehidupan.

KRISIS air bersih yang melanda wilayah perkotaan terutama kota-kota besar, masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Krisis ini terjadi salah satunya oleh penggunaan air bersih yang tidak menerapkan pola-pola efisien dan ramah lingkungan.

Pemanfaatan sumber baku air bersih yang selama ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat hanya mempergunakan air untuk satu kali penggunaan. Hal ini merupakan salah satu kontribusi terjadinya krisis dan kelangkaan air bersih.

Jika kita menerapkan pola-pola efisien dalam penggunaan air, sebetulnya masih ada beberapa aktivitas konsumsi air yang bisa dimanfaakan kembali produksi air limbahnya. Diantaranya ialah dengan memanfaatkan (reuse) air domestik dari aktivitas konsumsi yang pertama yang tidak membutuhkan kualitas air yang baik serta pemanenan air hujan.

Menurut Nakagawa et al (2006), komposisi volume buangan air limbah domestik untuk negara berkembang adalah 70% grey water dan 30% Blackwater (air limbah yang berakhir di septic tank).

Sumber Air Potensial

Di beberapa wilayah pemakaian sumber baku air bersih masih cukup tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et.all (2019), pemakaian air bersih di tiga perumahan yang ada di kota Tangerang Selatan, kota Bogor, dan kota Depok rata-rata berkisar antara 158 liter/orang/hari s/d 215 liter/orang/hari. Nilai ini masih di atas standar kebutuhan domestik yang ditetapkan oleh kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat 2015 sebesar 120 liter/ orang/hari.

Pemakaian air bersih oleh masyarakat masih didominasi untuk aktifitas mandi, cuci muka, dan keperluan untuk kebersihan pribadi sebesar (46% s/d 67%) dari total volume pemakaian air bersih. Aktifitas dapur (memasak, cuci piring, cuci sayuran, cuci baju 14% s/d 35%), Aktifitas flushing dan urinal (4% s/d 8%), aktifitas ibadah (6% s/d 7%), sisanya (3% s/d 14%) digunakan untuk aktifitas lainnya.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan air bersih di perumahan yaitu melalui pemanfaaatan grey water. Pemanfaatan grey water dalam aktifitas sehari-hari akan berdampak terhadap penurunan penggunaan sumber baku air bersih.

Pemanfaatan grey water terbatas pada penggunaan air yang tidak membutuhkan kualitas air tertentu akan tetapi lebih mementingkan pada jumlah (kuantitas) air yang diperlukan. Hasil penelitian yang dilakukan Hidayat et.all (2019) menunjukan bahwa pemanfaatan grey water bisa menghemat menggunaan air baku sebesar 11 % s.d 13 %.

Pemakaian grey water memang belum menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat umum. Hal ini tidak terlepas dari perilaku masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan air untuk satu kali penggunaan.

Persepsi dan keragu-raguan masyarakat terhadap grey water masih terpola dalam pemikiran sebagian besar masyakarat, bahwa grey water merupakan air sisa limbah domestik yang kotor. Jika kembali kepada fungsinya, pemanfaatan greywater merupakan sumber yang potensial untuk memenuhi kebutuhan air yang tidak memerlukan kualitas air yang terlalu baik.

Pemanfaatan air sisa cucian beras untuk menyiram tanaman dan air hujan untuk aktifitas bersih-bersih (Dok. Pribadi, 2024)

Air Hujan

Disamping pemanfaatan grey water, salah-satu sumber lain potensi air yang belum termanfaatkan secara maksimal, yaitu air hujan. Potensi air hujan pada wilayah yang memiliki Curah Hujan (CH) tinggi, masih belum dimanfaatkan secara maksimal.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et.all (2019), perumahan dengan tipe 21 efisiensi pemanfaatan curah hujannya bisa menghemat pemakaian air baku sebesar 9%. Perumahan tipe 36 efisiensinya sebesar 17 s/d 30%. Perumahan tipe 42 efisiennya sebesar 35%, sedangkan tipe 70 efisiensinya sebesar 44%.

Pada wilayah-wilayah potensial dengan curah hujan yang tinggi, keberadaan air hujan sangat bermanfaat dalam menggantikan kebutuhan akan air bersih untuk konsumsi rumah tangga. Untuk itu perubahan pola konsumsi air di masyarakat perlu untuk disosialisasikan. Air hujan yang turun masih banyak dibiarkan mengalir kedalam tanah atau saluran air tanpa dilakukan pemanfaatan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai tambah dari air hujan itu sendiri.

Apabila dikombinasikan, pemanfaatan grey water secara bersama-sama dengan air hujan, akan lebih efisien untuk mengurangi pemakaian air bersih oleh rumah tangga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat, et.all.(2019).

Pemanfaatan grey water yang dikombinasikan dengan air hujan menjadi salah satu solusi yang baik dalam rangka menurunkan tingkat pemakaian air bersih oleh rumah tangga. Tingkat efisiensi grey water yang digabungkan dengan air hujan di tiga kota menunjukan rentang efisiensi total sebesar 21,12% s/d 47,21% dalam mengurangi penggunaan air baku.

Pemanfaatan grey water oleh masyarakat dapat ditingkatkan penggunaannya apabila grey water yang dihasilkan telah mengalami perbaikan kualitas airnya. Masyarakat meyakini bahwa pemakaian air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari harus steril dan suci menjadi salah satu yang membatasi pemakaian greywater di masyakarat.

Disamping itu diperlukan peningkatan pemahaman kepada masyarakat tentang pemanfaatan grey water dan air hujan melalui penyebaran informasi yang mudah dipahami dan dimngerti oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengklasifikasikan kebutuhan air rumah tangga secara mandiri dan dapat memanfaatkan air dengan efisien.**

*) Mahasiswa Program Doktor, Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *