Penghitungan biomasa sangat diperlukan untuk mengetahui kandungan karbon hutan.
BIOMASA hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, ±50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Demikian disampaikan Dr. I Wayan Susi Dharmawan, Peneliti pada Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan – Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan pada Pelatihan PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) dan Sucofindo, tadi pagi, Selasa (22/03/22).
“Kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Untuk itu penghitungan biomasa sangat diperlukan untuk mengetahui kandungan karbon hutan,” jelasnya.
Biomasa dan Perubahan Iklim
Menurut Wayan, biomasa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Lebih rinci dijelaskannya, bahwa persentase simpanan karbon pada lokasi tanah mineral terdiri dari; 70% biomasa di atas permukaan tanah, 20% di bawah permukaan tanah, 5% biomasa deadwood (nekromas), 3% biomasa lantai hutan serta 2% biomasa non-kayu di atas permukaan tanah.
Lalu bagaimana caranya agar pengurangan emisi karbon bisa dilakukan?
Melalui Zoom yang ‘dimotori’ PT.CKL pakar itu menjelaskan, caranya tak lain adalah melalui upaya pengelolaan hutan lindung sebaik mungkin. Begitu pula dengan hutan konservasi, dimana pengelolaan ekosistem essential sebagai penyangga kehidupan perlu ditingkatkan.
Disamping itu, harus pula dilakukan peningkatan penanganan perambahan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Penyelesaian kasus illegal logging dan illegal mining harus lebih ditingkatkan lagi. Dan yang tak kalah penting lagi ialah pencegahan kebakaran hutan serta penurunan jumlah hot spot.
Alhasil, lewat Zoom pada training ini, para peserta (Tim Sucofindo) memahami bahwa biomasa hutan berperan penting dalam siklus karbon, dan sadar akan pentingnya teknik penghitungan biomasa untuk mengetahui kandungan karbon hutan.
***Riz***
No comment