Selama ini parapihak di Indonesia meyakini bahwa Taman Nasional (TN) adalah sumber penyerap anggaran (cost center). Kawasan Taman Nasional yang sangat luas, tetapi secara ekonomi tidak menguntungkan – hanya membebankan anggaran negara. Hal yang lebih menyedihkan, kata sebagian pihak bahwa TN terus terjadi deforestasi dan tidak menguntungkan secara ekonomi.
Hal ini terang-terangan dibantah oleh Wiratno – Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Menurut Wiratno, “Manfaat Taman Nasional (TN) banyak yang tidak dihitung. Jasa lingkungan sangat banyak, penyerapan karbon di hutan konservasi dan air untuk mengairi sawah masyarakat di sekitar TN tidak pernah diperhitungkan. Apa yang akan terjadi jika tidak ada Taman Nasional ? Apakah air akan tetap banyak seperti sekarang ?”
Setiap Taman Nasional di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Bahkan tidak jarang beberapa Taman Nasional di Indonesia memiliki flora dan fauna endemik, yang keberadaannya hanya ada di Indonesia. “Kita sebagai warga negara mesti bangga dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia terutama yang berada pada berbagai Taman Nasional”, tutur Dirjen KSDAE.
Wiratno menambahkan, “Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang luasnya sekitar 22.851 ha, menyangga puluhan desa. Air mengalir dari Taman Nasional ke setiap desa. Wisatawan juga banyak dan hal ini menguntungkan masyarakat. Belum lagi jumlah satwa liar yang beragam, unik, endemik dan sangat penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan”.
“Sayangnya belum banyak yang melakukan studi total economic value terhadap taman nasional. Jika orang melihat potensi udara segar, air yang mengairi pertanian, wisata alam dan udara bersih tentu nilai ekonomi TN akan sangat tinggi”, pungkas Dirjen KSDAE menutup pembicaraan.
No comment