Petani di Puncak 2 berharap pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Bogor untuk lebih memainkan peran dalam membina petani di daerah sentra hortikultura tersebut.

MUSIM hujan telah tiba, lereng perbukitan Sukawangi menggeliat. Aneka jenis sayuran mulai ditanam petani pada lahan-lahan miring yang berdampingan dengan hutan Perhutani.
Bagi masyarakat yang memiliki lahan yang memadai (dari segi ukuran), umumnya menanam jahe. Sementara pada lahan sempit pilihannya adalah sayuran berumur pendek, seperti brokoli, bawang daun, caisim atau wortel.
Khusus komoditas jahe, akhir-akhir ini menjadi komoditas pilihan. Petani mulai tergiur, apalagi sejak harga komoditas pedas tersebut melambung dalam dua tahun terakhir.
Beragam aktifitas ekonomi warga tersebut, dari dulu hingga kini, berlangsung apa adanya. Banyak warga mengatakan, bahwa mereka bertindak berdasarkan naluri, melihat keberhasilan petani lain ata tetangga. Tak jarang mereka terjebak kondisi dan merugi. Soal pasca panen dan pemasaran pun, petani Puncak 2 menyerah apa kata pengepul alias bandar atau pengirim komoditas ke pasar.
Jahe & Hortensia
Harga jahe yang menggiurkan sejak dua tahun belakangan, menarik minat petani Sukawangi untuk menanamnya. Diperkirakan, pada musim panen tahun 2025 (Agustus – Nopember), ratusan ton jahe emprit bakal dihasilkan di kawasan ini.
Sayangnya, selama ini sebagian besar pertanaman jahe hanya dapat dilakukan oleh petani yang memiliki modal. “Lahan cukup dan ada modal, baiknya nanam jahe,” tutur Ahmad, petani spesialis jahe di Kampung Arca.
Seperti disebutkan tadi, petani yang memiliki lahan terbatas memilih mengusahakan sayuran berumur pendek. Harapannya adalah agar perputaran usaha (uang) lebih cepat, meski dalam skala kecil.
“Sedikit tapi tidak menunggu lama. Dapur bisa terus ngebul,” ungkap seorang petani bawang daun. “Kalau kita tanam jahe atau bunga potong, kapan dapat uangnya,” kelakar petani lain yang terbiasa menanam wortel.
Selain itu, ketidakpastian harga membayangi agribisnis di kawasan ini. Petani, utamanya yang berskala kecil, tidak berdaya alias pasrah.
Maraknya pertanaman jahe di wilayah Puncak 2, berdampak terjadinya peralihan pemakaian lahan, khususnya oleh petani pemilik lahan yang cukup.
Dampak tersebut paling mudah terlihat pada agribisnis bunga potong yang selama ini cukup diandalkan dari Desa Sukawangi.
Seperti diketahui, selama ini kawasan Puncak 2 dikenal sebagai sentra bunga Hortensia. Namun akibat merosotnya harga bunga potong tersebut, sementara komoditas jahe sedang menggiurkan, akhirnya tak sedikit petani yang alih fungsi, membabat kebun bunga dan menanam jahe emprit.
Fenomena seperti itu tampaknya perlu mendapatkan perhatian pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Mengapa tidak? Dikuatirkan, dalam masa mendatang bunga Hortensia bisa pupus dari Puncak 2. Padahal, seperti pernah dipublikasikan GI, Hortensia dari Sukawangi adalah yang terbaik di Indonesia.
Serbuan Villa
Puncak 2 kini, semakin terbuka. Setiap week end, lalu lintas di kawasan berhawa sejuk dengan view indah tersebut ramai, bahkan terkadang macet juga.

Tak hanya itu. Belakangan sejumlah villa atau penginapan marak tumbuh di berbagai tempat.
Tanah di lereng-lereng bukit mulai diramaikan bangunan villa. Para pemilik modal di kota besar, seperti Jakarta, tampaknya kian tertarik membangun villa di kawasan ini.
**Riz**
No comment