Siti Sunarti, Prima Wahyu Kusuma Hutabarat, Sudarmono
Tanaman ini tidak hanya menarik dari segi botani, tetapi juga memiliki nilai ekonomis dan budaya yang penting bagi masyarakat.
INI cukup menarik. Di Cangar – Malang, ada sejenis tanaman unik yang disebut “Tinggan”. Yang dimaksud adalah Syzygium glabratum (DC.) Veldkamp. Tumbuhan ini termasuk suku Jambu-jambuan (Myrtaceae).
Tanaman ini memiliki banyak nama lokal di daerah-daerah tertentu. Misalnya, masyarakat Sunda menyebutnya dengan berbagai nama seperti “Ki kopi,” “Ki cabe,” “Ki sireum,” “Ki jangkar,” “Ki petag,” dan “Kopo leutik.” Di Jawa, orang menyebutnya “Salam watu,” sementara di Bali, dikenal sebagai “Juwet manting.” Di Palembang, tanaman ini dikenal sebagai “Kepala dengun” atau “kelat putih.”
Tanaman ini dapat tumbuh sebagai pohon sedang dengan tinggi batang mencapai 9 meter. Pepagan dan cabangnya berwarna coklat kehijauan, sedangkan daun muda berwarna kuning kecoklatan. Daunnya bersilang berhadapan, umumnya menjorong, dengan ukuran 5−15 x 2,6−5,5 cm dan tepi yang rata.
Perbungaan terletak di ujung dan di atas ketiak daun, dengan panjang hingga 10 cm, dan bisa tunggal atau berkelompok 3−5 di ujung ranting. Buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau saat muda, kemudian berubah menjadi hijau kekuningan saat matang.
Seperti halnya kerabatnya dalam keluarga Jambu-Jambuan, seperti Jambu air, Pohon Salam, Cengkih, dan Kayu putih, daun tanaman ini juga memiliki kelenjar palucid berupa bitnik-bintik sangat kecil yang dapat diterawang di bawah sinar matahari. Warnanya putih atau kuning cerah. Kelenjar ini menghasilkan minyak atsiri, seperti halnya di semua keluarga Myrtaceae. Aromanya khas jambu saat daunnya diremas.
Tanaman ini secara alami berasal dari kawasan Malesia Barat atau Asia Tenggara bagian barat seperti Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sampai ke Filipina. Di Pulau Jawa, tanaman ini dapat ditemukan hampir di seluruh bagian Pulau dari Banten hingga, hingga Jawa Timur.
Tanaman ini menyukai habitat hutan yang lembab, dengan vegetasi yang masih baik. Secara alami tanaman ini tumbuh pada tanah berpasir dan gembur di hutan dataran rendah yang panas dan lembab hingga hutan pegunungan sampai di ketinggian 1900 m dpl.
Indah dan Bermanfaat
Syzygium glabratum memiliki beragam kegunaan di masyarakat lokal. Kayunya digunakan sebagai bahan bangunan, sementara kulit kayunya dimanfaatkan sebagai pewarna hitam pada kain. Syzygium glabratum juga memiliki potensi sebagai tanaman hias atau pengisi lanskap di kebun atau halaman karena perawakannya yang relatif tidak terlalu besar.
Bunga tanaman ini juga mirip dengan jambu air yang memiliki banyak benang sari berwarna putih cerah dan terlihat semarak saat bunganya mekar bersamaan. Bentuk bunganya yang indah, dengan tabung bunga panjang dan tangkai bunga yang menjuntai, menjadikannya pilihan yang cantik dan menarik sebagai alternatif pohon tanaman hias.
Tanaman ini tidak hanya menarik dari segi botani, tetapi juga memiliki nilai ekonomis dan budaya yang penting bagi masyarakat di sekitarnya.
Syzygium glabratum relatif sangat mudah untuk diperbanyak melalui biji. Untuk menumbuhkan dari bijinya, cukup mengeluarkan bijinya dari buah yang benar-benar matang dan menanamnya di media semai. Saat biji telah tumbuh setinggi kurang lebih 20-30 cm dan memiliki helai daun yang cukup, maka anakan ini sudah bisa ditanam di tanah langsung dengan pemupukan dan penyiraman yang teratur.
Biji tanaman dari keluarga jambu umumnya bersifat rekalsitran, sehingga tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Penanaman biji terbaik adalah saat buahnya benar-benar matang atau sedang dalam proses membusuk.
Perawatan tanaman ini pun relatif mudah. Pohon ini dapat dipangkas pada ketinggian yang diinginkan. Pemangkasan maksudnya untuk mendorong pertumbuhan yang kuat, meningkatkan produksi bunga dan buah. Selain itu juga, memberikan daya tarik estetika pada pohon.
Tentang Penulis
Siti Sunarti. Lahir 27 Januari 1957 di Purwokerto, Jawa Tengah. Meraih sarjana S1 Biologi UNSOED, tahun 1984. Masuk kerja di Lembaga Biologi Nasional (LBN) – LIPI tahun 1981 yang kemudian Lembaga tersebut berganti nama menjadi Pusat Penelitian Biologi – LIPI, dan sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selama bekerja penulis pernah menjadi teknisi di bidang Ekologi Tumbuhan, kurator di Herbarium Bogoriense dan sekarang menjadi Peneliti Ahli Utama. Adapun bidang penelitian penulis sistematika tumbuhan suku Myrtaceae.
Prima W. K. Hutabarat, M. Sc. mengawali karirnya sebagai peneliti di Kebun Raya Bogor – LIPI pada tahun 2015, dan menyelesaikan gelas master di program Biodiversity and Taxonomy of Plants, The University of Edinburgh, UK tahun 2019. Saat ini Prima bekerja di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi – BRIN dengan fokus penelitian di bidang sistematika dan taksonomi pada suku Sapotaceae dan Ericaceae. Prima saat ini juga aktif sebagai IUCN Red List assesor dan tergabung dalam IPRLA (IUCN SSC Indonesian Plant Red List Authority). E-mail: hutabaratpwk@gmail.com
Dr. Ir. Sudarmono, MSc. Lahir di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1966. Lulusan S-1 Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tahun 1990, kemudian bekerja di Kebun Raya Bogor di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 1994. Selanjutnya melanjutkan studi S-2 (Master of Science) dari tahun 2001-2004 dan S-3 (Doctor of Science) di Universitas Osaka City, Osaka, Jepang tahun 2005-2007.
Disertasinya berjudul Genetic differentiations among populations of Salvia spp. (Lamiaceae) in Japan and its biosystematic significance. Telah banyak publikasi ilmiah yang diterbitkan, antara lain Speciation process of Salvia isensis (Lamiaceae), an endemic species of serpentine areas in the Ise-Tokai district, Japan, from the viewpoint of the contradictory phylogenetic trees between chloroplast and nuclear DNA, diterbitkan tahun 2007 bersama Profesor Hiroshi Okada pada Journal of Plant Research dan bersama dengan Dr. B.J. Conn tahun 2010 berjudul Scutellaria slametensis (Lamiaceae), a new species from Central Java, Indonesia, yang diterbitkan pada Jurnal Telopea, Australia.
Beberapa buku juga telah diterbitkan bersama-sama dengan koleganya dimana saat ini bekerja, yaitu di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai Peneliti Ahli Utama IV/d dengan keahlian pada bidang Botani evolusioner. Email Penulis paksudarrmono154[a]gmail.com dan no.HP 081519841026.