Hubungan yang harmonis antara manusia dan alam terus dijaga, menciptakan keseimbangan hidup yang tetap lestari di tengah perubahan.

DI TEPIAN selatan Tanimbar – Maluku, Desa Sangliat Krawain  menjadi saksi; bagaimana tradisi leluhur tetap bertahan di tengah perkembangan zaman. Masyarakatnya masih memegang teguh adat yang diwariskan turun-temurun.

Salah-satunya ialah ‘Sasi’, yakni kearifan lokal yang melarang pengambilan hasil hutan dan laut dalam periode tertentu demi menjaga keseimbangan alam. Di sii hubungan masyarakat dengan alam sangat erat. Berburu babi, musang, kuskus, dan burung masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, baik untuk konsumsi maupun pelestarian tradisi berburu.

Sumber daya alam juga dimanfaatkan secara bijak, di mana kayu dari hutan menjadi bahan utama untuk memasak dan membangun rumah, dengan sebagian diambil langsung dari alam dan sebagian dibeli dari desa sekitar.

Pertanian Skala Kecil

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat mengandalkan hasil pertanian di kebun sendiri, terutama beras dan sayur-mayur yang menjadi makanan pokok. Peternakan skala kecil juga dilakukan, dengan hewan ternak seperti babi, ayam, dan bebek, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lahan pekarangan pun tidak dibiarkan kosong, melainkan ditanami bunga hias, tembakau, dan jambu, yang memberikan manfaat estetika sekaligus ekonomi.

Sungai Batmyatfuti, yang mengalir di sekitar desa, menjadi sumber air utama bagi warga untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, untuk kesehatan, masyarakat mengandalkan layanan dari pusat kesehatan terdekat, seperti pustu dan puskesmas, sebagai tempat mendapatkan obat-obatan dan perawatan medis.

Di tengah kemajuan zaman, Desa Sangliat Krawain tetap berpegang teguh pada warisan budaya dan kearifan lokal yang menjadi jati diri mereka. Hubungan yang harmonis antara manusia dan alam terus dijaga, menciptakan keseimbangan hidup yang tetap lestari di tengah perubahan.*

(FA Kartono, Aji)