Podcast CEDAR TV: Tanam Mangrove, Awali dengan Cinta…

Awali dengan cinta. Setelah itu diperlukan pula pengetahuan teknik budidaya, mulai dari pemilihan benih,  metode penanaman dan lain sebagainya.

MANGROVE, hamparan hijau di pesisir pantai itu, berperan penting. Untuk itu tampaknya tidak cukup hanya dengan mengandalkan yang sudah ada, tapi perlu upaya penanaman agar luasnya bertambah. Atau untuk mengantisipasi deforestasi di kawasan ‘benteng’ daratan dari hantaman ombak samudera.

Lalu bagaimana teknik dan apa saja metode yang bisa diterapkan dalam penanaman mangrove?

Dalam sebuah podcast di CEDAR TV yang terbit beberapa hari lalu, pakar ekologi kehutanan dan ahli mangrove, Dr. Dadan Mulyana, menyampaikan berbagai metode penanaman mangrove yang bisa dilakukan.

Kepada Host CEDAR TV – Muhammad Ridwan dan Co Host – Nur Mulyani dipaparkannya, bahwa mangrove itu adalah makhluk hidup. Yang namanya makhluk hidup pasti bisa dibudidayakan.

Dikatakannya bahwa luasan mangrove di Indonesia, menurut Peta Mangrove Nasional tahun 2023 yang dikeluarkan oleh KLHK,adalah sekitar tiga juta hektar. “Itu setara dengan tiga juta lapangan sepak bola,” tuturnya. Namun saat ini berbagai kerusakan telah terjadi. Jumlahnya luasannya  mencapai sekitar 700 ribu hektar.

Ada berbagai penyebab kerusakan itu. Salah satunya, menurut Dadan,  adalah alih fungsi dari ekosistem mangrove menjadi penggunaan lain.  Alih fungsi yang paling besar ialah menjadi tambak. “Sebanyak 84% mangrove yang rusak itu karena berubah menjadi tambak,” paparnya.

Lalu apakah itu bisa diperbaiki lagi?

“Dalam sepuluh tahun terakhir saya melakukan riset untuk Rehabilitasi mangrove di lokasi tambak, ternyata hasil riset saya menunjukkan bahwa tambak itu bisa dihijaukan kembali,” ungkap Dadan.

Ditambahkannya bahwa kawasan mangrove bisa punya fungsi lagi, termasuk dalam mendukung budidaya ikan,udang, kepiting dan lain-lain.

Awali dengan Cinta

Lebih jauh Dadan menjelaskan, berdasarkan hasil risetnya 10 tahun,  termasuk dalam upaya menanam mangrove, diperlukan rasa suka dan cinta. “Itu dulu yang penting,” tegasnya.

“Jadi tidak harus Sarjana Kehutanan atau background-nya orang lingkungan. Cukup yang punya cinta dan ikhlas aja,” tambahnya. Dijelasknnya bahwa salah-satu hambatan dalam budidaya mangrove adalah soal ketersediaan benih.

Berikutnya adalah pengetahuan mengenai pemilihan jenis. “Itu yang banyak orang keliru. Mangrove yang seharusnya jenis A ditanam jenis B. Secara lahan jelas tidak cocok,” ucap Dadan. Selanjutnya ialah kekurangan pengetahuan mengenai metode penanaman.

Empat Metode

Untuk menanam mangrove, metodenya sudah pasti terkait kesesuaian kondisi lokasinya.

Untuk di tambak ada empat metode yang bisa dipakai.

Yang pertama adalah metode ‘Komplangan’. Yaitu menanami mangrove di sela tambak. “Jadi kalau dalam satu lokasi ada satu empang, setengahnya ditanam mangrove,” jelasnya.

Yang ke dua adalah metode ‘Empang Parit’. Di lokasi yang ada pematang, parit atau caren, dan pelantaran,dimanfaatkan untuk areal penanaman mangrove.

Lantas yang ke tiga dikenal dengan sistem ‘Koak-koak’. Apa itu…?

Dalam sistem ini, guludan atau pematang ditanami mangrove. “Ya, namanya sistem Koak-koak. Seperti burung yang ada di sekitarnya,” ucap Dadan.

Yang terakhir atau keempat, adalah metode ‘Baris’. Dalam metode ini mangrove ditanam berbaris.

Lalu bagaimana teknik perwatannya, akan diulas Dadan Mulyana pada podcast berikutnyta. Begitu pula soal peran dan sejarah mangrove pada jaman kerajaan dulu. Tunggu di CEDAR TV.  

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *