OPERASIONAL LK DI ERA NEW NORMAL

Oleh :

  1. Dr. Rahmat Shah

Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indoensia

Ekonomi di era normal baru tentu berbeda dengan periode sebelumnya. Hal itu tercermin pada upaya paling prioritas. Membatasi jumlah pengunjung Lembaga Konservasi (LK). Maksimal hanya boleh menampung 50% dari kapasitas area akses publik. Pun harus menerapkan kontak fisik minimal (less touching). Antara lain melalui penerapan sistem tiket virtual, pembayaran virtual, resto secara take away dan sebagainya. Yang tidak boleh ditawar apalagi terlupakan, semua pengunjung wajib memakai masker. Tentu ini akan membawa perubahan mentalitas baru menyangkut aspek kesehatan dan kebersihan.

Hari Senin, 15 Juni 2020 lalu menjadi hari istimewa bagi Taman Safari Indonesia (TSI), Bogor. Untuk pertama kali setelah lebih dua bulan tutup total dan berhenti operasional, Lembaga Konervasi (LK)  ek-situ tersebut bisa kembali beraktivitas. LK Ragunan di Jakarta juga menyusul. Kembali beroperasi, Sabtu, 20 Juni 2020 lalu. Demikian pula dengan berbagai LK lain di seluruh Indonesia. Satu persatu, semua segera menyusul untuk beroperasi “normal” kembali.

Pembukaan kembali (re-opening) operasional LK memang bukan sebuah fenomena “De javu.” Walau sekilas “normal” dan tidak ada yang berbeda. Namun rencana re-opening seluruh LK ini jelas memiliki perbedaan.  Beraktivitas sama seperti dulu, namun dengan prosedur yang sama sekali baru. Mengikuti standar dan protokol Covid-19.  Beraktivitas “normal” di era normal baru.

Sebuah kosa kata terkini. Yang telah menjadi terminologi internasional sekaligus kesepakatan universal. Menjadi rujukan semua pihak. Intinya, bisa melakukan kegiatan ekonomi. Namun  dengan tetap memenuhi secara ketat seluruh protokol Covid-19.  Sebuah refleksi pergerakan roda perekonomian berbasis mentalitas baru. Mengedepankan perilaku hidup bersih. Dengan senantiasa mengedepankan faktor kesehatan individu dan masyarakat sebagai prioritas utama.

LK di Era New Normal

Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pemerintah RI. Presiden Joko Widodo beserta jajaran anggota kabinetnya telah merespon secara cepat dan bijak surat DPP PKBSI. Terkait persoalan LK anggota PKBSI di era pandemi Covid-19.  Melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Cq. Direktorat Jenderal KSDAE telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan. Termasuk berbagai langkah dalam bentuk program dan kegiatan tindak lanjut. Sebagai upaya mengatasi berbagai persoalan kritis dan krusial yang melanda anggota PKBSI.

Karakter kelembagaan yang unik dan khas menyebabkan upaya penyelesaian problematika LK anggota PKBSI juga bersifat lintas sektoral. Selain KLHK, tercatat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Dalam  Negeri yang ikut turun tangan. Membantu mencarikan solusi terbaik bagi PKBSI dan LK anggotanya. Baik melalui instrumen kebijakan teknis, pajak dan fiskal, administrasi maupun fasilitasi pendukung lainnya.

Selain pemerintah pusat, PKBSI juga sangat berterima kasih atas dukungan kebijakan Pemerintah Daerah dimana LK berada. Yang telah mengijinkan LK anggota PKBSI untuk kembali beroperasi secara normal. Namun dengan penyesuaian prosedur kesehatan di era normal baru (New Normal).

Menyongsong kegiatan operasional LK di era normal baru adalah sebuah keniscayaan. Tidak ada pilihan lain yang lebih realistis dan rasional. Merespon hal tersebut, jajaran DPP PKBSI telah menyusun serangkaian panduan. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan menyangkut kebijakan PSBB dan Protokol Covid-19. Tentu saja juga merujuk SE Dirjen KSDAE, KLHK No. SE.4/KSDAE/KKH/KSA/4/2020 tentang Panduan Teknis Pencegahan Penularan COVID-19 pada Manusia dan Satwa Liar di LK Umum, LK Khusus, dan Penangkaran. Panduan PKBSI dimaksud berlaku wajib. Harus diterapkan dalam operasionalisasi LK anggota PKBSI di masa normal baru. Tanpa kecuali.

Membangun lingkungan LK yang steril adalah sebuah keniscayaan. Menjadi bagian protokol wajib di era normal baru. Untuk itu LK wajib memperbanyak jumlah wastafel dan sarana cuci tangan. Lengkap dengan fasilitasnya. Terutama di tempat-tempat strategis di dalam jalur kandang peragaan yang mudah dijangkau pengunjung. LK juga diharapkan memperbanyak jumlah sarana prasarana untuk mencelup alas kaki (foot bath) di larutan disinfektan antivirus. Terutama masuk dan keluar dari area indoor. Perlu pula memperbanyak tempat duduk di area padat dengan jarak tertentu. Bagi calon pengunjung dan pengunjung karena antrian atau faktor lain.

Aturan social dan physical distancing juga masih tetap berlaku. Realisasinya, LK harus mengatur jarak –minimal 1,5 x 1,5 M- untuk antrian pengunjung individual. Atau minimal berjarak 2 x 3 M per kelompok keluarga -3 orang- dengan individu atau kelompok lainnya.  Perlu pula mengembangkan area sprayer anti-virus menggunakan sabun berbahan dasar air. Diperuntukkan kendaraan roda dua maupun roda empat milik staf dan pengunjung sebelum masuk area LK. Termasuk pembersihan area LK. Khususnya di jalur kunjungan kandang peragaan, area akses publik, dan fasilitas indoor.

Selanjutnya, sebagai negara mayoritas muslim, fasilitas mushola/masjid juga harus diperhatikan kebersihannya. Antara lain tidak menggunakan alas lantai/karpet. Fasilitas ibadah tersebut dibersihkan minimal dua kali sehari. Tempat  wudhu diperbanyak. Sementara jendela atau pintu dibuka demi  kelancaran sirkulasi udara.

Terakhir, memperbanyak poster-poster himbauan, peringatan, dan larangan terkait panduan New Normal bagi pengunjung di area gerbang masuk dan seluruh LK.

Target dan harapannya, walaupun masih sangat terbatas, namun kunjungan masyarakat pecinta satwa ke LK akan mampu membantu pergerakan ekonomi di sektor pariwisata. Kembali memberikan kontribusi pendapatan negara melalui pemenuhan pajak, retribusi dan berbagai kewajiban kepada negara lainnya. Membuka kembali peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak multiplier effect. Selain mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, pada akhirnya semua ini akan mampu mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Sebagaimana harapan Presiden Joko Widodo di berbagai forum dan kesempatan.

Terima Kasih Pahlawan Satwa

Tiga bulan melewati masa pandemi Corona menjadi pengalaman kelam tak terlupakan. Ibarat mimpi buruk, wabah Covid-19 menjadi sejarah hitam LK di seluruh Indonesia. Termasuk sektor-sektor  ekonomi lainnya. Bukan hanya bagi satwa, namun juga manajemen serta para SDM pendukung yang selama ini terlibat dalam penyelenggaraan konservasi ek-situ tersebut.

Tiada yang lebih berjasa, selain publik dan para pihak. Yang secara tulus dan tanpa pamrih telah turut berjuang dan berkontribusi dalam mempertahankan kelangsungan hidup satwa. Melalui program donasi Pakan Untuk Satwa atau Food for Animal yang digagas PKBSI. Melibatkan partisipasi dan dukungan para pemangku kepentingan. Pada akhirnya ancaman kelaparan satwa tersebab tutupnya LK akibat pandemi Covid-19 bisa teratasi dengan baik.

Tiada yang lebih pantas. Pada kesempatan ini, PKBSI beserta seluruh LK anggota. Menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Kepada publik dan seluruh pemangku kepentingan. Tokoh masyarakat, pejabat negara, kepala daerah, artis hingga para pihak lainnya. Yang telah berpartisipasi aktif, nyata dan konkrit melalui bantuan dana sekaligus dukungan program donasi Food for Animal 2020.

Dukungan dan partisipasi publik  dan para pihak mampu menopang operasionalisasi LK anggota PKBSI di masa pandemi Covid-19. Semua telah tercatat menjadi sahabat sekaligus pahlawan satwa (Animal Hero). Secara nyata mampu menghindarkan dari ancaman kelaparan satwa. Sekaligus menjaga kesehatan dan keberlanjutan kehidupannya. Tercatat, tak kurang dari Rp 2,7 milyar terkumpul melalui kegiatan tersebut. Dan tentunya masih terus diharapkan bantuan dan dukungan para pihak demi keberlangsunagn dan keberlanjutan LK anggota PKBSI di seluruh Indonesia.

Sekali lagi, terima kasih dan penghargaan kepada para sahabat dan pahlawan satwa dimanapun berada. Semoga operasionalisasi kembali LK anggota PKBSI di era normal baru akan mampu mewujudkan tatanan ekonomi baru dalam kerangka pelestarian satwa dan keanekaragaman hayati umumnya yang lebih “sehat” bagi semua pihak. Semoga.

Salam Lestari.

***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *