Limbah (abu boiler) sawit ternyata efektif dalam menetralkan limbah industri tambang.
Dari BUMN sampai swasta, industri pengolahan sawit masih menjadi industri raksasa. Besarnya penggunaan dan perputaran dana, ditambah dengan besarnya penyerapan tenaga kerja, membuat industri ini tumbuh dengan cepat.
Sampai sekarang, industri pengolahan sawit masih terfokus pada produksi minyak sawit. Karena hal ini, laju pertambahan perkebunan sawit di Indonesia menjadi masif dan menimbulkan banyak masalah lingkungan. Hal ini kerab menjadi topik perdebatan antara ekonom dan environmentalist (pemerhati lingkungan).
Di tengah keriuhan perdebatan itu, sebenarnya, jika dilakukan studi lebih lanjut, ternyata industri sawit juga menghasilkan bahan berguna lain. Salah-satu diantaranya ialah limbah boiler.
Abu boiler sawit itu, jumlahnya memang tidak sebesar limbah tandan kosong (tankos), namun pemanfaatan limbah ini masih sempit. Sesuai namanya, abu boiler sawit dihasilkan dari sisa bahan bakar tungku pemasakan sawit.
Terkait hal ini, penulis pernah melakukan survei di PTPN VIII Cikasungka, Bogor jelang pertengahan tahun 2021 lalu. Dari survei tersebut diketahui bahwa pihak pabrik memanfaatkan abu boiler sawit sebagai tambahan pupuk. Sama seperti sifat abu lainnya, limbah ini mempunyai potensi menetralkan asam, termasuk air asam tambang (AAT) yang masih menjadi masalah dalam reklamasi lahan.
Solusi Reklamasi
Biasanya, teknik yang umum digunakan untuk mengatasi AAT memerlukan biaya mahal. Dalam hal ini abu boiler sawit tampaknya bisa menjawab permasalahan tersebut. Selain lebih murah, hasilnya pun menggembirakan.
Melansir dari berbagai sumber, selama ini banyak penelitian menggunakan bahan organik lain dalam kegiatan reklamasi bekas tambang. Diantaranya kompos, kotoran hewan, atau sisa tanaman. Hasilnya tidak begitu memuaskan, karena perubahannya lambat. Pasalnya, bahan organik masih membutuhkan waktu untuk terurai.
Sementara berdasarkan hasil penelitian penulis, menunjukkan bahwa abu boiler sawit dapat sangat cepat menetralkan pH AAT. Mengapa demikian? Karena ukurannya yang sangat halus dan mempunyai sifat basa yang tinggi. Yang tak kalah menarik lagi ialah penggunaan abu boiler juga lebih murah.
Tinggal ambil limbah di pabrik pengolahan sawit. Gratis…, pihak pabrik pun senang, karena limbah tidak menumpuk. (Meta Dwi Yanti).
***Riz***