Kelapa Sejauh Mata Memandang….

Sejak dulu Indonesia punya julukan lain, yakni ‘Negeri Nyiur Melambai”. Nuansa itu sangat terasa di Tanimbar.

KELAPA dan Masyarakat Tanimbar, adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Mau bukti? Pergilah ke Tanimbar.
Di salah-satu pulau yang masuk dalam wilayah Provinsi Maluku tersebut, selain pasir putih nan indah, hutan alami pun membentang luas.  Lalu, berhektar-hektar perkebunan kelapa terhampar.

Warisan Leluhur
Memang, nenek moyang Masyarakat Tanimbar sudah menanam dan memanfaatkan kelapa sejak dahulu. Komoditas andalan mereka adalah produk turunan kelapa berupa kopra.
Jika ditilik, tipologi desa di sini sebagian besar mirip. Desanya berada di pesisir dimana pantai putih terhampar landai. Sebelah dalamnya, berbatas jalan nasional, ribuan nyiur melambai anggun: Perkebunan kelapa.
Di sini, perkebunan kelapa luasnya bisa sampai lima kilometer dari batas desa ke arah hutan. Barulah setelah itu, hutan belantara menghijau teduh menutupi bumi Tanimbar.

Kopra
Sore hari selepas beraktivitas di lapangan, para masyarakat lokal  menawari GI (saat berkunjung ke wilayah itu) untuk minum air kelapa. Jangan ditanya harganya berapa, pokoknya kata mereka; gratis…!
Sembari menyelonjorkan kaki, bersama mereka, GI  menikmati air kelapa segar petikan langsung dari pohonnya.
Luasnya perkebunan kelapa di sini tak lepas dari mata pencaharian utama masyarakat, yaitu kopra. Mereka sudah turun temurun menjual hasil perkebunan ini.


“Di sini harganya bisa Rp 11.500,- per kilo. Sudah lebih baik harganya dibanding dulu. Akan lebih mahal kalau dijual dalan kondisi kering setelah dijemur,” kata salah seorang warga kepada GI.
“Kami biasanya menjualnya ke Saumlakki, ibukota Kabupaten,* imbuhnya.
Dijelaskan pula, bahwa jadwal panen kelapa tidak menentu. “Bisa saja tiap hari kami panen,” tuturnya sembari menyodorkan kelapa muda.*


(Aslam)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *