Pemerintah perlu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai literasi iklim, khususnya bagi para petani yang sebagian besar terdiri dari generasi muda.
KOORDINATOR Bidang Analisis Variabilitas Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dr. Supari, menyebutkan bahwa di tahun ini (2024) akan terjadi fenomena La ‘Nina basah’. Hal itu disampaikan dalam sebuah Diskusi Media yang digelar bersama oleh Traction Energy Asia, BMKG, Badan Pangan Nasional, dan BRIN, kemarin (Rabu, 05/03/24).
Diskusi yang bertajuk “Sikapi Dampak Krisis Iklim pada Produksi Beras dan Minyak Goreng: Kebijakan Pangan Berkelanjutan Menjadi Kunci”, tersebut menghadirkan sejumlah ahli sebagai pembicara.
Dalam Siaran Pers yang disampaikan lewat ID COMM, Supari mengatakan bahwa kondisi la nina pada tahun 2024 ini baik untuk pertumbuhan padi. Lebih jauh Supari menjelaskan, El Niño diprediksi akan berakhir pada April tahun 2024, dan kemudian ada indikasi munculnya La Nina pada semester kedua 2024.
“Tahun 2024 terdapat indikasi awal bahwa akan datang fenomena La Nina yaitu mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur,” ujarnya.
Pentingnya Info Iklim
Menurut Supari, selama 10 tahun terakhir Indonesia lebih sering menghadapi iklim ekstrem baik itu El Niño, La Nina maupun IOD. Hanya di tahun 2016 yang kondisi iklim globalnya netral saat Indonesia mengalami musim kemarau.
“Jika La Nina benar akan hadir pada tahun 2024, maka musim kemarau akan terjadi dengan sifat lebih basah. Hal ini akan baik untuk tanaman padi karena air tercukup, namun mungkin tidak cukup baik untuk tanaman hortikultura seperti sayuran dan cabai karena curah hujan yang berlebihan,” ungkap Supari.
Ia menegaskan pentingnya untuk memahami informasi iklim ekstrem untuk mengurangi risiko dan dampaknya. Pemerintah perlu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai literasi iklim, khususnya bagi para petani yang sebagian besar terdiri dari generasi muda. “Sehingga mereka melek teknologi informasi dan itu merupakan peluang untuk memberikan pemahaman pada setiap petani untuk mengurangi dampak risiko iklim ekstrem,” ungkapnya.
***Riz***