Setelah 27 Tahun Kongres AFSA Pertama pada 1993, beberapa waktu lalu hajatan itu kembali digelar di Bogor
Belum lama ini, Badan Eksekutif AFSA bersama Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University mengadakan Summer Course dengan tema: Peran Pemuda dalam Pengelolaan Hutan dan Lingkungan untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Summer Course Forestry and Environmental 2020 diadakan pada tanggal 31 Oktober hingga 15 November 2020, yang diikuti lebih dari 100 peserta dari 14 negara.Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian summer course yang diselenggarakan oleh IPB University.
Kongres AFSA 2020 dilaksanakan pada tanggal 1 November hingga 2 November 2020, melalui pertemuan virtual. Ada sekitar 40 mahasiswa dari tujuh negara di Asia Tenggara yang mengikuti acara tersebut, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura dan Myanmar. Selain itu, Timor Leste juga mengikuti acara tersebut sebagai pengamat. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB University, Profesor Dodik Ridho Nurrochmat — yang kebetulan juga merupakan Ketua Panitia Pengarah Kongres AFSA pertama, dan turut membidani terbentuknya AFSA di Bogor tahun 1993.
ASEAN Forestry Student Association (AFSA) adalah organisasi kepemudaan yang didirikan pada tanggal 24 September 1993 pada acara ASEAN Forestry Students Congress (AFSC) pertama di Bogor, menyusul ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara IPB dan Universiti Pertanian Malaysia (sekarang Universiti Putra Malaysia/ UPM) di Kuala Lumpur pada tanggal 27 Oktober 1991, dan antara IPB University dan Kasetsart University di Bangkok pada tanggal 30 Oktober 1991.
Pengurus Baru
Pada hari pertama AFSA 2020, digelar ASEAN Forestry Outlook. Kegiatan yyang dipimpin oleh Mr. Dian Sukmajaya dari Sekretariat ASEAN tersebut membahas tentang keadaan saat ini dan masa depan kehutanan di ASEAN. Begitu juga soal urgensi, dampak, dan peluang pemuda untuk pembangunan Kehutanan di ASEAN juga dibahas.
Selanjutnya Dr. Nandi Kosmaryandi yang merupakan Direktur Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memaparkan pentingnya HPGW dan kontribusinya terhadap keberlanjutan. Usai presentasinya, ia memimpin delegasi melalui kunjungan virtual ke Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan menggunakan video. Setelah presentasi ini, para inisiator dan alumni AFSA menjelaskan tentang filosofi dan tujuan pendirian AFSA kepada para delegasi dan membahas berbagai hal penting terkait organisasi.
Sebelumnya Sidang Umum AFSA dimulai dengan pembacaan dan persetujuan peraturan pelaksanaan sidang yang dipimpin oleh Badan Eksekutif ad interim AFSA 2019-2020 Nugraha Akbar Nurrochmat (Sekretaris Jenderal) dan Rakhmatan (Direktur Infocenter), serta Shania Ruth Diaz selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres AFSA 2020. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Pimpinan Sidang, yaitu delegasi AFSA yang ditugaskan untuk memimpin kongres.Pimpinan Sidang terpilih adalah Nurhanin Noor yang berasal dari UPM Malaysia, serta Joylyn Yu dan Karl Fernandez, keduanya dari UPLB Filipina.
Pada hari kedua, Pimpinan Sidang memimpin pemilihan pengurus AFSA dan organ lainnya. Kongres selanjutnya membahas dan meratifikasi amandemen Anggaran Dasar (Constitution) AFSA yang meliputi mekanisme keanggotaan, pengambilan keputusan, dan kepengurusan. Usai agenda tersebut, kongres beralih ke pemilihan Badan Eksekutif AFSA yang meliputi Sekretaris Jenderal, Bendahara, dan Direktur infocenter.
Pemilihan Badan Eksekutif AFSA berlangsung cukup alot dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil keputusan. Akhirnya, Sidang Umum menyepakati untuk memilih Shania Ruth Diaz dari Indonesia (IPB University) sebagai Sekretaris Jenderal, serta Karl Fernandez sebagai Bendahara dan Joylyn Yu sebagai Direktur Infocenter, keduanya dari Filipina (UPLB).
Work Plan AFSA
Pada agenda selanjutnya, kongres membahas, menyusun, dan mengukuhkan Work Plan AFSA 2020-2021. Setelah pemilihan pengurus AFSA, delegasi AFSA memberikan sejumlah rekomendasi kepada para pihak yang disebut sebagai “BOGOR INITIATIVE”.
Beberapa diantara rekomendasi tersebut meliputi; 1) Mengutamakan pembangunan perkebunan atau kegiatan ekonomi lainnya di hutan terdegradasi atau lahan tidak produktif, daripada mengkonversi hutan alam. 2) Meningkatkan produktivitas hutan melalui satu izin berusaha pemanfaatan terpadu dari berbagai hasil hutan dan jasa ekosistem (multiusaha kehutanan) dalam rangka optimasi pemanfaatan lahan hutan. Serta 3) Mengutamakan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan multi produk untuk meningkatkan kemakmuran dan kelestarian hutan secara keseluruhan, daripada melakukan pelepasan kawasan hutan dalam sekala besar.
Disamping itu direkomendasikan pula upaya 4) Meningkatkan akses jalan untuk pasar dan harga hasil hutan yang lebih baik, daripada melarang atau membatasi akses jalan menuju dan di dalam Kawasan hutan yang dapat memicu terjadinya konversi hutan menjadi penggunaan lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. 5) Memberikan harga premium yang lebih tinggi dan membuka lebih banyak pasar untuk produk kehutanan dan pertanian yang berkelanjutan, daripada memboikot perdagangan produk kehutanan dan pertanian dari negara tropis. 6) Menggunakan kayu dan bahan terbarukan lainnya, daripada menggunakan bahan dari sumber daya yang tidak terbarukan untuk substitusi produk. Serta 7) Menerapkan emisi per kapita sebagai indikator yang lebih adil dan berkelanjutan yang mencerminkan persamaan hak setiap individu di bumi untuk mengeluarkan emisi, daripada menggunakan indikator total emisi di suatu negara, yang sangat mungkin bias karena besarnya populasi suatu negara atau indikator emisi per PDB, yang bias terhadap pendapatan negara, untuk mengendalikan perubahan iklim.
Masa Depan Cerah
Sidang Umum AFSA menyetujui bahwa Kongres AFSA berikutnya akan diadakan di University of the Philipinnes Los Baños (UPLB). Sekretaris Jenderal AFSA ad interim 2019-2020, Nugraha Akbar Nurrochmat, dan Sekretaris Jenderal AFSA yang baru terpilih, Shania Ruth Diaz menutup Sidang Umum AFSA dengan pidato singkat.
Secara keseluruhan, Kongres AFSA 2020 telah terlaksana dengan sukses. Dengan terbentuknya Dewan Eksekutif dan rencana kerja baru untuk tahun yang akan datang, masa depan AFSA semakin cerah. Bersama-sama, mahasiswa kehutanan ASEAN akan bangkit dari kesulitan dan bekerja menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara.
(Penulis: Joylyn B.O.L. Yu, Nugraha A. Nurrochmat, Yulia R.B. Zahro, Fikri A.H. Nurhilda)
***Riz***
No comment