Ulat Sutera dan Siklus Hidupnya

Eyet Mulyati*)

Karena sudah sejak dulu didomestikasikan, sekarang ulat sutera sudah kehilangan kemampuan untuk hidup mandiri di alam bebas.

ULAT sutera berasal dari serangga yang masuk dalam Ordo Lepidoptera, yang mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Merupakan serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna. Artinya, setiap generasi melewati 4 stadia, yaitu telur, larva (ulat), pupa dan ngengat (lazim disebut “kupu”).

Selama metamorfosa, stadia larva adalah satu-satunya masa dimana ulat makan. Saat ini merupakan masa yang sangat penting untuk sintesis protein sutera dan pembentukan telur.

Secara rinci, sistematika ulat sutera meliputi: Phyllum; Arthropoda, Kelas; Insecta, Ordo; Lepidoptera, Familia; Bombycidae, Genus; Bombyx, dan Species; Bombyx mori L.

Karena sudah sejak dulu didomestikasikan, sekarang ulat sutera sudah kehilangan kemampuan untuk hidup mandiri di alam bebas. Tidak seperti ‘leluhurnya’ dulu. Rasa penciumannya sudah sangat tumpul. Sudah tidak mengenal lagi tanaman murbei dalam jarak beberapa meter.

Tak hanya itu. Ulat sutera kini tidak lagi dapat bergerak dari batang ke batang lain untuk mendapatkan daun. Kemampuan merangkaknya sudah lemah.

Kemampuan bertahan dan melindungi diri pun sangat lemah. Ngengatnya tidak bisa terbang untuk berkopulasi. Betinanya pun sudah tak mampu lagi untuk bertelur pada daun murbei.

Lalu bagaimana dengan siklus hidupnya?

Telur

Tahap pertama pembuatan benang sutera berasal dari telur. Biasanya ngengat betina bisa menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak sekitar 300 – 500 butir dan membutuhkan waktu inkubasi sekitar 10 hari untuk menetas menjadi larva.

Bentuk telur bulat pipih, dengan lebar sekitar 1 mm, panjang 1,3 mm dan tebal 0,5 mm dan berat sekitar 0,5 mg. Ukuran beratnya bisa sedikit bervariasi berdasarkan ras dan lingkungan dimana induk dipelihara.

Penetasan Menjadi Larva

Bagian tubuh ulat terbagi 3 bagian utama, yaitu kepala, thoraks dan abdomen. Ulat sutera yang biasa dipelihara, mempunyai bintik hitam kecoklatan yang disebut bintik mata.

Larva yang baru menetas kemudian dipindahkan dari ruangan inkubasi ke ruangan pemeliharaan dengan hati-hati, biasanya dilakukan pagi hari untuk menjaga kelembaban udara.

Arah putaran jarum jam: telur, penetasan menjadi larva, ulat instar, kokon, pemintalan benang sutera (Foto: Eyet Mulyani)

Ulat Instar

Sumber makanan ulat sutera yaitu daun murbei (Morus sp.) dan mengkonsumsi daun tersebut dalam jumlah banyak mulai dari instar I – V selama masa pertumbuhan kurang lebih 28 – 30 hari.

Kokon (Kepompong)

Ulat sutera mengokon/ menghasilkn kepompong pada hari ke 7 – 8 instar 5. Setelah cukup makan dan cukup umur, ulat dipindahkan ke seriframe untuk mengokon dengan cara memutar tubuhnya. Kokon sutera/ kepompong  terbuat dari lilitan filamen yang tidak teputus dengan panjang 500 – 1000 meter.

Pembuatan Benang Sutera

Kokon sutera/ kepompong direbus dengan air mendidih selama 5 – 7 menit, kemudian dicari ujung seratnya dan diurai.  Setelah diurai, serat tersebut dipintal dengan cara diputer searah jarum jam dengan menggunakan alat mesin pintal.

Setelah kering, serat filamen digulung layaknya seperti benang biasa untuk kemudian ditenun dijadikan benang sutera menghasilkan kain sutera yang menawan dan bernilai ekonomis tinggi.

*)Teknisi Litkayasa Penyelia, Pusat Riset Zoologi Terapan, BRIN

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *