Aren;  Panen Nira Atau Kolang-kaling..?

Posisi bunga jantan dan betinanya dalam satu tangkai. Sehingga apabila pohon aren disadap niranya, maka pohon tersebut tidak dapat menghasilkan kolang-kaling.

SIAPA tak kenal aren. Tanaman khas Asia ini mempunyai kemampuan untuk tumbuh di banyak tipe lingkungan, mulai dari dataran rendah hingga lereng pegunungan yang ketinggiannya di bawah 1400 mdpl. Pada plot data karbon di desa Jaya Mekar, Garut yang terletak di ketinggian 900 mdpl, penulis ditemukan pohon aren yang berbuah lebat.

Palem-paleman yang mampu tumbuh hingga 2 meter dan berbalut ijuk di sekujur batangnya itu cukup erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah pemanfaatan nira sebagai bahan baku gula merah.

Hal tersebut diakui oleh salah-seorang warga Desa Jaya Mekar yang sempat bincang-bincang dengan penulis. “Pengelolaan nira menjadi gula merupakan salah satu sumber mata pencaharian warga di sini,” tuturnya.

Disamping nira, buah aren yang tumbuh dari bunga aren betina pun bisa diolah menjadi makanan yang disebut kolang-kaling.

Menyehatkan

Aren adalah pohon yang berumah satu yang artinya posisi bunga jantan dan betinanya dalam satu tangkai. Sehingga apabila pohon aren disadap niranya, maka pohon tersebut tidak dapat menghasilkan kolang-kaling.

Tingal pilih; panen nira atau kolang-kaling. Namun selain lezat dan bernilai ekonomi bagi warga desa, keduanya memiliki khasiat masing-masing bagi kesehatan.

Air nira aren punya kadar serat sebesar 16 sampai 30 gram dan asam ascorbik, sehingga berfungsi untuk melancarkan sistem pencernaan. Sementara kolang-kaling disamping mampu melancarkan buang air besar dan mencegah terjadinya konstipasi, juga dikenal bisa meredakan radang sendi. (Meta Dwi Yanti)

***Riz***

Redaksi Green Indonesia