VOICe 2023 – Bogor: Bahas Percaturan Minyak Nabati Dunia

Pesatnya perkembangan ekonomi global, seiring dengan perubahan iklim dan kerusakan ekosistem. Ini jadi pembahasan penting, termasuk yang terkait dengan isu minyak nabati.

HASIL penelitian  memang perlu diimplementasikan. Sehubungan dengan itu, hari ini, di Bogor, digelar Konferensi Internasional Minyak Nabati The 1st International Conference on Vegetable Oil 2023/ The 1st VOICe 2023).

Kegiatan yang digelar sehari penuh (Kamis, 30/11) di IPB International Convention Center (IICC), Baranangsiang Bogor itu membahas Aspek Ekologi, Sosial-Ekonomi, dan Pemasaran Komoditas Minyak Nabati. Temanya; “Socioeconomic and Ecological Approaches”.

Acara sehari penuh tersebut dibagi dalam dua sessi. Dari pagi hingga siang, bertempat di Ballroom IICC, digelar pembukaan dan keynote Speakers Session. Kemudian dilanjutkan dengan Plennary Session di lantai dua IICC. 

Berbagai pemaparan dan diskusi, mengkaji berbagai hal terkait minyak nabati, mulai dari minyak Kanola, kedelai, biji bunga matahari, dan kelapa sawit. Pembicaranya lintas negara (Zoom Metting), baik di Asia, Afrika, dan Amerika. Berbagai pihak hadir dalam acara tersebut. Diantaranya para pakar, akademisi dan peneliti, pengambil kebijakan pembangunan (instansi pemerintah), hingga praktisi bisnis minyak nabati.

Riset Berperan Penting

Diawali lagu Indonesia Raya, kegiatan seminar di Kamis pagi (30/11) tersebut disusul pembukaan oleh Ketua penyelenggara konferensi  (VOICe), Prof. Dr. Ir. Suria  Darma Tarigan.

Raktor IPB University, Prof. Dr. Arief Satria, dalam keynote spech-nya menanggapi positif kegiatan sehari penuh di  IPB Internasional Convention Center (IICC), Baranangsiang – Bogor tersebut.
Dikatakannya, bahwa saat ini perkembangan ekonomi global terus berlanjut dengan pesat. Bersamaan dengan itu, isu perubahan iklim dan kerusakan ekosistem pun menjadi permasalahan dunia.

Salah-satunya terkait dengan isu minyak nabati. Minyak sawit misalnya.

Prof. Dr. Dodik R. Nurrokhmat

Dikatakannya bahwa mulai dari proses produksi hingga pemasaran, terutama pasar global, sejak beberapa waktu terakhir menjadi pembahasan berbagai pihak.

“Kegiatan produksi minyak sawit (kebun) dianggap merusak lingkungan,” ucap Prof. Dr. Dodik Ridho Nurrokhmat, mewakili Rektor IPB University.  Disampaikannya, bahwa banyak hal yang terjadi seiring perkembangan minyak nabati. Untuk itu peran berbagai pihak sangat penting, termasuk dalam hal riset dan pengembangan.

“Untuk itu, konferensi ini adalah ajang tukar ilmu pengetahuan. Diharapkan kegiatan ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan, keberlanjutan dan pertumbuhan pasar minyak nabati yang kompetitif,” ungkap Dodik.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia