Oleh: Lutfy Abdulah*)
Kiprah ini dilakukan melalui kolaborasi Yayasan Mangrove Sosial Indonesia dan PT. Forward Elektronik dengan pendekatan ekonomi sirkular.
DEGRADASI ekosistem mangrove di Indonesia bukan hanya ancaman bagi kelangsungan hidup, tetapi juga bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia. Dengan nilai ekonomi tahunan antara US$15.000 hingga US$50.000 per hektar, hutan mangrove merupakan aset berharga. Namun, dalam 20 tahun terakhir, Indonesia kehilangan hampir 13.000 hektar mangrove setiap tahunnya.
Menyikapi kondisi ini, Yayasan Mangrove Sosial Indonesia dan PT. Forward Elektronik mengundang Prof. Kai-Hsien Chen, PhD untuk melakukan observasi atas upaya penanaman mangrove di dua lokasi berbeda: Desa Kaibobi – Kabupaten Seram Bagian Barat dan Dusun Tangsit Ambon, Kecamatan Bula – Kabupaten Seram Bagian Timur.
PT. Forward Elektronik, bekerja sama dengan Yayasan Mangrove Sosial Indonesia, memberikan bantuan biaya penanaman dengan tujuan memacu minat dan perhatian masyarakat lokal dalam memperbaiki kondisi hutan mangrove yang rusak.
Sebagai upaya lebih lanjut untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, Prof. Chen mengusulkan konsep ekonomi sirkular. Salah satu aspek dari konsep ini adalah meningkatkan persentase terbentuknya gubal gaharu. Untuk itu, beliau melakukan observasi pada pohon gaharu, baik yang tumbuh alami maupun yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat.
Hasil observasi menunjukkan bahwa upaya inokulasi yang dilakukan oleh masyarakat belum optimal. Oleh karena itu, Prof. Chen mengusulkan kerjasama uji coba teknologi, di mana beliau akan membawa inokulan dan alat inkubasi.
Solusi Ekosistem Lestari
Pendekatan ekonomi sirkular ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung keberlanjutan ekosistem mangrove dan gaharu, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang teknik penanaman dan pemeliharaan mangrove dan gaharu, diharapkan persentase tumbuh akan meningkat, yang pada akhirnya akan membantu masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Kunjungan Prof. Chen dianggap penting dan sangat berharga, terutama bagi masyarakat di sekitar hutan mangrove. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang teknik penanaman dan pemeliharaan mangrove, diharapkan persentase tumbuh akan meningkat.
Selain itu, adanya bantuan inokulan dan alat inkubasi juga diharapkan dapat memicu persentase keberhasilan pembentukan gubal gaharu, yang tentunya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pemerintah daerah.
Temuan dan keinginan Prof. Chen juga didiskusikan dengan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, Haikal Baadilah, S.Hut.
Dalam pertemuan tersebut, Baadilah menyambut baik niat dan inisiatif Yayasan Mangrove Sosial Indonesia dan PT. Forward Elektronik. Baadilah pun mendorong terbentuknya kerjasama dengan pemegang izin Perhutanan Sosial, sehingga upaya rehabilitasi ini dapat berjalan lebih optimal.
“Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam upaya kita untuk melestarikan hutan mangrove dan gaharu,” kata Baadilah. Ditambahkannya, bahwa pihaknya berharap kerjasama ini dapat menjadi model untuk inisiatif serupa di seluruh Indonesia.
Dengan kolaborasi ini, Yayasan Mangrove Sosial Indonesia, PT. Forward Elektronik, dan pemegang izin Perhutanan Sosial, bersama-sama berupaya untuk memulihkan dan melestarikan hutan mangrove dan gaharu Indonesia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.*
*) Periset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)